Mohon tunggu...
Andin Alfigenk AnsyarullahNaim
Andin Alfigenk AnsyarullahNaim Mohon Tunggu... Administrasi - biasa saja

orang biasa saja, biasa saja,,,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melacak Jejak Andin Rama dalam Sejarah Banjar

11 Februari 2016   11:32 Diperbarui: 11 Februari 2016   11:46 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gelar Yang Hilang

Seperti pertanyaan di awal tulisan ini, menjadi pertanyaan bersama kenapa gelar Andin-Rama dan Anang-Aluh menghilang secara tiba-tiba dari masyarakat Banjar modern? Apa yang salah dengan hal itu, ketika di wilayah lain gelar-gelar kebangsawanan seperti itu masih tetap ada dan lestari, seperti misalnya gelar Andi bagi orang Bugis Makasar, Teuku dan Teungku di Aceh dan Deli di Sumatra, Tubagus di Banten dan Cerebon, serta Raden di Jawa.

Bertolak dari paparan sebelumnya dapat kita lihat kiprah serta peran keluarga Andin-Rama dan Anang-Aluh begitu besar dalam sejarah masyarakat Banjar, terlepas pertentangan politik di dalam internal keluarga ketika Perang Banjar dan pada masa kolonial akibat politik pecah belah belanda.

Beberapa keluarga Andin-Rama mengakui dengan besar hati bahwa mereka dahulu memilih mengikuti belanda. Kemungkinan ini dilandasi tradisi keluarga ini yang selalu berkecenderungan “mengawinkan” kekuatan birokrasi dengan misi dakwah keislaman yang mereka warisi dari leluhur mereka, bahwa syiar akan lebih mudah dilakukan apabila didukung penguasa. Pada era ketika birokrasi tradisional (kesultanan) runtuh keturunan “pengislam awal” ini sepertinya tidak punya pilihan lain kecuali mengakomodir penguasa kolonial Belanda yang faktanya memang tidak memperdulikan persoalan agama penduduk pribumi. Meskipun di mata kaum pribumi yang teguh berjuang mempertahankan tradisi politik, langkah pragmatis semacam itu dipandang sebagai sebuah pengkhiatan.

Jadi, sekali lagi ini lebih pada soal pilihan politik. Hal ini juga tidak dapat kita nilai dengan hitam putih. Kita tidak akan sepenuhnya dapat memahami dinamika politik pada zaman itu dengan tepat dari kacamata saat ini. Gejolak saat itu juga bukanlah gejolak singkat namun gejolak yang panjang dalam beberapa dekade. Ikut campurnya belanda dalam memecah belah keluarga ini menandakan bahwa keluarga ini memang mempunyai peran penting dan sangat berpengaruh dimasanya.

Beberapa keluarga eksis dalam ranah birokrasi turun temurun, sementara beberapa yang lain tetap konsisten dalam ranah dakwah menjadi ulama secara turun temurun pula. Seseorang yang turun dalam politik dan birokrasi pasti memahami apa yang akan terjadi pada dirinya dan keluarganya serta keturunannya, termasuk berbagai intrik yang akan terjadi pada masa depan dalam keluarga tersebut. Dakwah islam juga harus selalu hidup, sehingga Politik dan Dakwah harus selalu hidup bersama dan berkonsolidasi untuk menuju tujuan bersama. Gerak dakwah ini, khususnya ke daerah yang lebih utara,pengislaman rakyat Kesultanan Banjar akhirnya berhasil sukses. Hepotesa ini bisa menjadi jawaban tentang bagaimana islam bisa eksis dan berkembang di Hulu Sungai sebelum keluarga syekh Arsyad Al-banjari tersebar di Hulu Sungai. Para pengislam yang merupakan leluhur para Andin-Rama dan Anang-Aluhlah yang menjadi jawabannya. Mereka tersebar bukan hanya di Hulu Sungai tapi bahkan di seluruh wilayah Kesultanan Banjar yang pernah meliputi bagian besar Pulau Kalimantan ini. Berdasarkan ini, saya berasumsi keluarga Syekh Arsyad Al-Banjari termasuk keturunan kelompok ini.

Beberapa keluarga mengatakan jika leluhur mereka menghilangkan gelar Andin karena takut ditangkap belanda akibat dari perlawanan mereka terhadap belanda. Ini bagi keluarga Andin-Rama yang memihak pejuang semasa Perang Banjar. Beberapa yang lain mengakui bahwa ada rasa malu jika memakai gelar tersebut karena kemiskinan yang melanda mereka, karena pada era kemerdekaan gelar itu telah bermakna hampa secara politis dan ekonomis seperti pada era kolonial. Sebagian yang lain menganggap hal itu sebagai gelar bawaan yang berbau mistik yang bertentangan dengan Agama yang sebaiknya dibuang saja, nah yang kelompok ini mungkin keturunan Andin-Rama dari kelompok yang konsisten berdakwah.

Menurut penulis salah satu sebab utama adalah kemungkinan Belanda melarang gelar Andin-Rama digunakan lagi hampir seratus tahun lalu. Namun jejak-jejak keluarga dari silsilah keluarga dan beberapa kebiasaan dan adat khas keturunannya yang sulit dihilangkan, maka meski jarang orang memakai gelar Andin secara resmi dinamanya namun seseorang yang diakui sebagai keturunan Andin masih dapat kita dapati dari beberapa adat kebiasaan tersebut, seperti memanjangkan Andin/kuncir bagi anak kecil mereka dan bagi anak yang baru lahir diletakkan di atas mapan kuningan sebagai pertanda seorang keturunan bangsawan.

Beberapa keluarga Andin-Rama di luar Kalimantan Selatan masih menggunakan gelar ini dalam nama resminya, seperti di Pontianak dan Landak di Kalimantan Barat, beberapa di Jakarta dan Singapura.

Hal ini berbeda dengan gelar Anang-Aluh yang masih terus digunakan hingga awal 70-an dan setelah itu menghilang dengan cepat dan hampir-hampir lenyap. Pasti saat ini sulit menemukan keturunan Anang Galuh yang memberikan gelar tersebut kepada anak cucunya. Tidak banyak gejolak dalam keluarga Anang-Aluh ini seperti dalam keluarga Andin Rama ketika terjadi ketengangan yang menghadapkanPemerintah Kolonial Belanda dengan kekuatan pribumi. Dalam hal ini, keluarga Anang-Aluh sepertinya lebih solid ketika terserap dalam birokrasi kolonial, karenanya menghilangnya gelar mereka sejak 30 tahun terakhir ini tidak dilatarbelakangi oleh beragam sebab seperti Andin-Rama.

Di tengah wacana Sejarah Nasional yang memang didominasi arus nasionalisme dan heroisme seperti yang kita pelajari dan diajarkan di sekolah-sekolah, peran kaum pribumi dalam birokrasi kolonial pada masa lalu memang dengan sendirinya menjadi terasa sebagai “aib” untuk saat ini. Mungkin karena itulah, gelar-gelar masyarakat pribumi yang menyimbolkan status ke arah sana oleh orang-orang yang sebenarnya berhak menyandangnya secara genetik secara perlahan—dan cepat?—mulai dibuang, termasuk di antaranya gelar Andin-Rama dan Anang-Aluh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun