Mohon tunggu...
Andin Alfigenk AnsyarullahNaim
Andin Alfigenk AnsyarullahNaim Mohon Tunggu... Administrasi - biasa saja

orang biasa saja, biasa saja,,,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melacak Jejak Andin Rama dalam Sejarah Banjar

11 Februari 2016   11:32 Diperbarui: 11 Februari 2016   11:46 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Intrik politik diinternal keluarga Kerajaan Banua Lima juga menjadi drama penting sebelum Perang Banjar pecah. Perselisihan antara Adipati Danureja dan Iparnya sendiri Tumenggung Jalil (yang dalam berbagai sumber disebutkan tidak berketurunan tinggi) turut mempengaruhi suasana panas di Martapura. Kiai Adipati Danureja yang pada awalnya mendukung Pangeran Hidayatullah dan Tumenggung jalil mendukung Pangeran Tamjidillah, namun setelah Perang Pecah keadaan malah terbalik. Tumenggung Jalil berbalik mendukung Hidayatullah dan Kiai Adipati Danureja malah mendukung Tamjidillah.

Selama perang berkecamuk para Andin-Rama terpecah belah dalam kekacauan, ada yang mendukung Tamjidillah dan ada yang mendukung Hidayatullah.

Setelah perang banjar

Selama dan setelah Perang Banjar, pihak Kolonial Belanda sepertinya tidak punya pilihan lain selain kembali memilih para birokrat dari kalangan Andin-Rama dan Anang-Aluh di Hulu Sungai untuk menduduki kedudukan mereka semula, mengingat tradisi politik kedua keluarga ini terlanjur tertancap kuat di sana. Lagipula, selaku kolonialis orang-orang Belanda memang amat kurang secara kuantitas untuk memerintah langsung wilayah kekuasaan begitu luas seperti di nusantara ini.

Para keturunan Anang-Aluh tetap menjadi pemimpin diwilayah kekuasaan mereka, menurunkan banyak Kiai (birokrat) diberbagai penjuru banua lima, begitu pula para Andin Rama di bekas Kerajaan Alai. Beberapa Andin kemudian ditunjuk sebagai Kiai di Negara Daha dan Banua Ampat di sungai Tapin yang keturunannya masih ada disana hingga saat ini.
Hubungan pernikahan diantara Andin Rama dan Anang-Aluh juga sering terjadi, sehingga kadang anak seorang Andin diberi gelar Anang untuk laki-laki dan Aluh untuk perempuan, atau malah sebaliknya anak seorang Anang-Aluh diberi gelar Andin. Tergantung dimana anak itu dibesarkan.

Dimasa awal kolonial di Negara Daha ada tersebut seorang tokoh bernama Andin Murad yang menjadi Kiai Besar. Salah seorang keluarganya dari Palajau yang bernama Kiai Sihabudin juga menjabat sebagai seorang kiai disana. Anak-anak dari Kiai Sihabudin menjadi ulama besar, seperti Surgi Tuan dan Datu Daha.

Di wilayah Banua Ampat di Sungai Tapin juga tersebut nama Andin Njamat yang menjabat seorang Kiai yang memimpin distrik Banua Ampat. Hipotesa saya, disinilah awal mula masuknya Andin Rama dari palajau memasuki wilayah Banua Ampat yang keturunan mereka masih dapat kita temui di Kabupaten Tapin saat ini.

Di Sungai Batang Amandit atau yang saat ini dikenal dengan Daerah Kandangan keluarga yang diperkirakan keturunan pengislam dari Jawa yang dahulu mendarat di daerah sekitar Karang Jawa dan Desa Jambu Kecamatan Padang Batung yang kemudian banyak mendominasi kekuasaan disana.

Di Banjarmasin kekuasaan diberikan kepada seorang keturunan dari keluarga besar Syekh Arsyad Al-banjari, dengan pangkat masih keponakan dari beliau, yaitu Raden Tomenggong Soeria Asoema yang menjadi Ronggo (Walikota) Banjarmasin yang beribukota di Kuin.

Hanya di Martapura dimana keturunan bangsawan tinggi dari Pangeran dan Gusti diberi kekuasaan sebagai pemimpin salah satu yang terkenal adalah Ronggo Pangeran Soeria Winata.
Terbunuhnya Sultan Muhammad Seman di Hulu Barito menjadikan kemenangan final bagi pihak Belanda yang membuat sebagian simpatisan sang sultan akhirnya banyak yang bermigrasi, kemungkinan di antaranya terdapat para Andin-Rama. Disaat itu juga ada sebuah kebijakan Belanda yang menerapkan pajak kepala dan merekontruksi sistem pemerintahan. Hak istimewa para bangsawan setempat seperti hak memungut pajak dan membaginya hasilnya dengan pemerintah kolonial dicabut dan digantikan oleh pajak kepala yang disetor langsung ke kas pemerintah kolonial, dan tanah para bangsawan biasanya sangat luas dan banyak juga disita oleh pemerintah kolonial yan g dikemudian hari dikenal dengan nama Tanah hihi (ucapan lisan untuk GG=Goernoan General). Pada akhirnya hal ini membuat perpecahan keluarga untuk sekian kalinya kembali memuncak. Banyak keluarga Andin akhirnya memilih bermigrasi keluar kalimantan seperti ke Sumatera dan Malaya. Para Andin Rama lebih banyak memilih tinggal di tanah Deli Sumatera Utara dan Batu Pahat di Kerajaan Johor Semenanjung Malaya.

Ketika politik etis diberlakukan diawal abad 20, para keturunan Andin Rama dan Anang-Aluh—sebagai konsekuensi logis dukungan mereka terhadap sistem kolonialisme--juga mendapatkan kesempatan mendapat pendidikan ala Barat dan tetap menjadi birokrat (amtenar) seperti halnya pada semua keturunan bangsawan lain diseluruh wilayah jajahan Belanda di Nusantara.
Selama paruh pertama abad ke 20, para keturunan Andin Rama dan Anang-Aluh mendominasi birokrasi pemerintahan Kolonial di kalimantan selatan. Sebagian malah ditugaskan di wilayah lain di pulau Kalimantan. Sebagai kalangan terdidik merekapun akhirnya juga tercerahkan dengan pemikiran dan wawasan baru termasuk wacana kemerdekaan Indonesia. Banyak dari mereka sekolah dan tinggal dipulau Jawa, sehinggatidak sedikit di antara mereka yang turut berperan sebagai kaum pergerakan dan menjadi pemain penting dalam masa-masa revolusi (meski dapat dipahami apabila sebagian yang lain lebih suka status qou di mana era kolonial telah memberi tempat nyaman bagi posisi politik mereka). Hebatnya, keturunan mereka juga banyak yang menjadi pemimpin daerah ini setelah masa kemerdekaan hingga era reformasi saat ini. Jika diamati dan ditelusuri, keturunan mereka bahkan juga pernah berkiprah dalam ranah birokrasi pusat, di Jakarta. Sebagian dari mereka menjadi tokoh-tokoh penting dalam berbagai bidang bukan hanya di Kalimantan Selatan bahkan nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun