Alina yang sudah ada di teras dan nampak cantik, akhirnya digendong ayahnya untuk menaiki sepeda Supra X 100 peninggalan dari kakek Alina yang telah meninggal saat Alina masih berumur 1 bulan. Ayahnya memakai helm yang sudah jelek dan layak dibuang dan Alina sudah ada di posisinya---depan ayahnya alias bonceng di depan.
Ayah dan anak itu membuat para tetangga kebingungan, ada apa dengan mereka? Dan mau kemana mereka?. Ayah dan Anak itu hanya menjawab semua pertanyaan tetangga dengan senyuman tanpa beban layaknya orang kaya yang bisa nyengir tiap harinya, dan tak pernah masuk lukisan orang-orang miskin pinggir kota.
Setelah sampai di toko sepeda, wajah Alina sangat sumringah sekali daripada saat dibonceng tadi, seakan-akan Alina sudah menemui raja kelinci dan ingin berbicara banyak dengan dia. Alina pun loncat dari boncengan ayahnya, dan wajah sang ayah hanya cengengesan heran dan memakluminya.
"Ayah!!! Alina ingin yang ini!!" Alina menunjuk salah satu sepeda sambil loncat kecil-kecilan
"Aduh Alina, kamu itu. Hahahahahahaha... boleh.."
"Mas mas... harganya berapa ini?" Tambah sang Ayah sambal menunjuk sepeda yang telah ditunjuk Alina
"Harganya cuma 400 ribu saja pak, soalnya sepeda ini yang terbaru pak"
"Apa tidak bisa kurang mas? 300?"
"350 paling mentok pak"
"350 ribu nak, mana uangmu?" tanya Ayah Alina ke Alina.
"Emmm bentar yah..."