Konferensi ini tentu nya memberikan pengaruh terhadap negara-negara anggota, pengaruh-pengaruh tersebut adalah :
Berkurangnya bahaya dan ketegangan pecahnya peperangan yang bersumber dari persengketaan masalah Taiwan antara RRC dengan Amerika Serikat.
Perjuangan bangsa-bangsa Asia-Afrika untuk mencapai kemerdekaan semakin meningkat. Hal ini tampak dari meningkatnya merdekanya negara-negara Asia-Afrika setelah tahun 1955.
Politik Luar Negeri Bebas Aktif yang dijalankan Indonesia, India, Myanmar, Sri Lanka mulai diikuti negara-negara lain yang tidak termasuk ke dalam Blok Barat maupun Blok Timur.
Dampak-dampak positif tersebut pasti tidak akan bertahan lama. Semakin kesini, zaman mulai berubah termasuk tantangan yang akan dihadapi negara-negara di dunia akan semakin meningkat. Demi menjaga keutuhan persahabatan antar negara anggota Asia-Afrika, sering diadakan pertemuan kembali. Pada tahun 2015 kemarin, KAA telah mengadakan pertemuan ke-60 nya di Indonesia.
Pada pertemuan tersebut, “Indonesia tidak ingin Dasasila lekang oleh waktu. Melalui konferensi dua benua pekan ini, tuan rumah mengajak tamunya agar dukungan bagi kedamaian dan kerja sama dunia yang dicetuskan 60 tahun silam itu tak berhenti pada pernyataan dan diwujudkan dalam konteks kekinian.” (Pusat Data dan Analisis Tempo, 2019: 4).
Pada tahun itu persiapan KAA yang dilakukan oleh Indonesia menjadi sorotan oleh negara lain, seperti Sudan, Nigeria, dan Aljazair. Mereka sangat antusias, enerjik, dan bersuka cita terhadap kegiatan persiapan konferensi tersebut, walaupun tidak melihat secara langsung bagaimana persiapan berlangsung.
Sudan yang pada tahun 1955, belum merdeka dan tidak memiliki bendera sebagai simbol peserta KAA, diwakili oleh Soekarno yang menuliskan nama “SUDAN” di tengah bendera putih dengan tinta merah, lalu bendera tersebut dijajarkan diantara bendera negara-negara peserta lainnya. Hal tersebut pastinya membuat rakyat Sudan membakar semangatnya kembali untuk segera memerdekakan diri.
Di Nigeria, pada peringatan KAA ke-60 terus memberitakan persiapan Indonesia menggelar peringatan peristiwa bersejarah tersebut di media. Di Aljazair juga, Konferensi Asia-Afrika 1995, mengilhami gerakan kemerdekaan Aljazair. Pada tahun pergerakan, hampir setiap pidato pemimpin Aljazair—dan Afrika umumnya—dimulai dengan mengutip Dasasila Bandung. Isinya mengenai hak setiap bangsa untuk merdeka dan berdaulat.
Agenda solidaritas KAA yang belum tercapai, yakni kemerdekaan penuh Palestina. Itu sebabnya rencana mendeklarasikan dukungan kepada Palestina tetap disuarakan. Kemerdekaan Palestina adalah “utang” semangat Konferensi Asia-Afrika yang belum terbayar.
Kini, kecuali Palestina yang masih bergejolak dengan Israel dan mungkin di tempat lain dalam wujud yang berbeda, semua negara terjajah telah merdeka, berdaulat, dan berhak menentukan nasibnya sendiri, serta hidup nyaman dan tentram tanpa ancaman apapun.