"Aku di rumah yang di Bogor," jawab Vivie.
"Sebaiknya cepat kamu pergi dari situ, asal kamu tahu ternyata semua korban pembunuhan itu pernah tinggal di rumah No.13 itu. Rumah itu adalah awal kutukan untuk korban yang akan ditumbalkan. Aku rasa pembunuhnya akan ngelakuin hal yang sama pada keluargamu," ucap Ales.
"Aku ga bisa pergi Les, dia udah tiba," ucap Vivie saat melihat sosok bertopeng itu berdiri di pintu kamarnya yang terbuka.
Handphone yang dipegang Vivie pun terjatuh, seketika tubuhnya menjadi lemas. Ditatapnya sosok bertopeng yang menggenggam kapak itu, dari postur tubuhnya Vivie tahu siapa sosok di balik topeng itu, dan dia adalah Yola. Perlahan sosok itu pun menghampiri Vivie yang mulai ketakutan.
"Selamat malam Kak, gimana teh buatan aku? Aku yakin Kakak akan tidur nyenyak malam ini, sama seperti Kak Sandi, Mama, dan Papa," ucap Yola.
Vivie hanya bisa pasrah ketika Yola menyeretnya ke ruang tengah. Sesampainya di ruang tengah Vivie melihat sosok Sandi, Papa, dan Mamanya yang telah terbujur pingsan dengan tubuh terikat.
Tiba-tiba saja Yola kembali menyanyikan lagu menyeramkan yang pernah dinyanyikan dulu berjudul "Burung Gagak Malang." Vivie memejamkan matanya saat Yola mulai mengayunkan Kapak itu ke arahnya.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa...." teriak Vivie.
BERSAMBUNG. . . .
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI