"Oh untuk tugas sekolah. Kejadiannya terjadi di Surabaya. Sebelumnya keluarga Tommy pernah tinggal di rumah No.13 di jalan Mawar Hitam, tempat di mana Pak Anton meninggal," jawab Papanya.
"Makasih ya Pa," ucap Ales.
"Tunggu! Dari mana kamu tahu kasus ini? Padahal kasus ini terjadi tiga puluh tahun yang lalu dan kamu belum lahir, bahkan Papa juga belum menikah?" tanya Papanya.
"Ada deh Pa, sekali lagi makasih infonya," ucap Ales menutup telepon.
"Gimana Les?" tanya Yansen.
"Keluarga itu juga dulunya tinggal di rumah itu. Tapi apa hubungannya rumah No.13 itu dengan empat pembunuhan misterius ini?" tanya Ales balik.
"Aku rasa rumah itu adalah awal dari semua kutukan ini. Artinya siapa pun yang pernah tinggal di rumah itu maka mereka akan kena kutukan. Sejauh apapun mereka pergi, mereka tetap ga akan selamat. Entah gimana caranya pembunuh itu ngelakuinnya, tapi yang pasti ini ada hubungannya dengan hal gaib," jawab Yansen.
"Kalau gitu, kita harus segera kasih tahu Vivie dan keluarganya sebelum terlambat," ucap Ales panik.
Ales dan Yansen segera naik ke mobil dan bergegas menuju rumah Vivie. Awan mendung yang berarak menyelimuti kota Bandung semakin membuat suram hari yang kini telah beranjak semakin sore. Namun begitu sampai di rumah itu, mereka tak menemukan sosok siapa pun di sana.
"Kayaknya mereka udah pergi deh, gimana nih?" ucap Ales panik.
"Coba kamu telepon! Kamu punya nomornya kan?" usul Yansen. Dengan cepat Ales segera menghubungi Vivie, namun ternyata nomornya tidak aktif.