Mohon tunggu...
Aldhea Septi Marizka
Aldhea Septi Marizka Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Universitas Islam Negeri Kyai Haji Achmad Shiddiq Jember

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Baik dan Buruk Serta Hak dan Kewajiban

7 Desember 2023   08:10 Diperbarui: 7 Desember 2023   08:19 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara keseluruhan, adat istiadat berperan sebagai acuan untuk menilai nilai positif dan negatif serta sebagai sarana untuk menilaiperbuatan-perbuatan. Namun, pada umumnya, standar penilaian baikburuk suatu tindakan dapat berbeda dari satu individu ke individu lainnya. Ada kemungkinan bahwa satu orang melihat suatu tindakan sebagai baik, sementara orang lain menganggapnya buruk, tergantung pada nilai-nilai yang mereka anut dalam adat istiadat masing-masing. 

Pada dasarnya, adat istiadat berasal dari pandangan bersama mengenai nilai-nilai dan norma-norma dalam kehidupan. Pandangan kolektif ini mencakup berbagai aspek perilaku masyarakat, termasuk cara berpakaian, makan, berbicara, berinteraksi sosial, dan sebagainya. Pandangan bersama ini kemudian menjadi landasan untuk pembentukan adat istiadat. Adat istiadat diyakini akan memberikan manfaat kepada masyarakat jika diikuti atau patuh terhadapnya, sementara melanggarnya dianggap akan membawa kesulitan, celaan, dan penurunan martabat.

2. Baik Buruk Menurut Aliran Hedonisme

Pandangan ini menyatakan bahwa tujuan utama dalam kehidupan adalah mencapai kebahagiaan, yang diperoleh melalui tindakantindakan yang menghadirkan kesenangan, kebahagiaan, dan memenuhi kebutuhan biologis.

Dalam konteks pandangan tentang kebahagiaan, aliran hedonisme ini dapat dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah yang menitikberatkan pada kebahagiaan individu secara pribadi (dikenal sebagai hedonisme egosentris). Kelompok ini meyakini bahwa manusia seharusnya mencari kebahagiaan pribadinya secara aktif. Mereka mengarahkan segala usaha dalam kehidupan mereka untuk mencapai kebahagiaan sendiri. Ketika seseorang dihadapkan pada keputusan apakah harus melakukan atau meninggalkan suatu tindakan, yang harus dipertimbangkan adalah sejauh mana tindakan tersebut akan memberikan kenikmatan dan kesengsaraan. Jika tingkat kenikmatannya lebih besar, maka tindakan tersebut dianggap baik, Namun, jika tingkat penderitaannya lebih tinggi, maka perbuatan tersebut dianggap negatif atau buruk. 

Menurut pandangan Epicurus (341-270 SM), ia berargumen bahwa satu-satunya hal positif dalam kehidupan adalah kebahagiaan, sementara sebaliknya, satu-satunya hal negatif adalah penderitaan. Epicurus kemudian menganggap bahwa kebahagiaan yang bersifat mental dan emosional jauh lebih signifikan daripada kebahagiaan fisik, karena kebahagiaan fisik hanya terasa saat ada kenikmatan dan penderitaan. Tubuh tidak dapat mengingat kenikmatan yang sudah lewat dan tidak dapat merencanakan kenikmatan yang akan datang. Sebaliknya, pikiran bisa mengingat kenikmatan yang sudah lewat dan merencanakan kenikmatan di masa depan.

Kedua, terdapat kelompok yang fokus pada kebahagiaan bersama (universalistic hedonism). Kelompok ini mencakup tokoh-tokoh seperti Bentham (1748-1832) dan John Stuart Mill (1806-1873), keduanya adalah filsuf asal Inggris yang mewakili aliran ini. Aliran ini berpendapat bahwa manusia seharusnya mencari kebahagiaan bukan hanya untuk kepentingan pribadi mereka sendiri, tetapi juga untuk kebahagiaan sesama manusia, bahkan untuk semua makhluk hidup di bumi ini. Dalam pandangan ini, penilaian baik atau buruk suatu tindakan didasarkan pada sejauh mana tindakan tersebut menghasilkan kebahagiaan atau penderitaan. Dampak tindakan tersebut tidak hanya dirasakan oleh pelaku, tetapi juga oleh semua makhluk. Semua makhluk berbagi dalam pengalaman kebahagiaan yang dihasilkan oleh tindakankita. Oleh karena itu, setiap individu yang melakukan tindakan harus mempertimbangkan keseimbangan antara kenikmatan pribadi dan kenikmatan orang lain. Prioritas utama harus diberikan kepada kebahagiaan bersama. Sebuah tindakan dianggap baik (keutamaan) jika tindakan tersebut menghasilkan kebahagiaan bagi manusia, bahkan jika ini berarti menimbulkan penderitaan pada sejumlah kecil individu atau bahkan pada diri sendiri.

3. Baik Buruk Menurut Paham Instuisisme (Humanisme)

Intuisi adalah kemampuan batin yang mampu menilai sesuatu sebagai positif atau negatif secara instan, tanpa harus mempertimbangkan konsekuensi atau dampaknya. Aliran ini meyakini bahwa setiap individu memiliki kemampuan batin yang berfungsi sebagai alat untuk dengan cepat membedakan antara tindakan yang positif dan negatif secara spontan. Meskipun kemampuan ini bisa berbeda antara satu orang dengan yang lainnya karena pengaruh masa dan lingkungan mereka, tetapi kemampuan ini tetap ada dalam diri setiap individu. Ketika seseorang mengamati suatu tindakan, mereka mendapatkan semacam pemahaman intuitif yang memberikan informasi tentang nilai dari tindakan tersebut, dan dengan demikian, mereka dapat menentukan apakah tindakan tersebut baik atau buruk, mirip dengan cara kita memiliki mata untuk melihat dan telinga untuk mendengarkan. Hanya dengan melihat sebentar saja, kita dapat dengan cepat mengenali perbedaan antara warna putih dan hitam, begitu juga dengan mendengarkan sebentar saja, kita bisa menentukan apakah suara tersebut merdu atau tidak. Begitu juga, intuisi yang dimiliki oleh manusia memungkinkan mereka untuk melihat sebuah tindakan dan dengan cepat menilai apakah itu baik atau buruk.

Kelompok ini juga berpendapat bahwa tindakan yang baik adalah tindakan yang sesuai dengan penilaian yang berasal dari hati nurani atau kemampuan batin yang ada di dalam diri setiap individu. Di sisi lain, tindakan yang dianggap buruk adalah tindakan yang hati nurani individu nilai sebagai buruk. Pandangan ini kemudian dikenal sebagai ajaran humanisme.

Poedjawijatna menyatakan bahwa pandangan ini menganggap bahwa sesuatu yang dianggap baik adalah sesuai dengan kodrat alami manusia, yang cenderung menuju ke arah kebaikan. Penilaian mengenai apakah suatu tindakan baik atau buruk sebenarnya tergantung pada apakah tindakan tersebut sesuai dengan apa yang dirasakan oleh hati atau nurani individu yang melakukan tindakan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun