Mohon tunggu...
Albert Tarigan
Albert Tarigan Mohon Tunggu... -

penikmat kopi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Lima Hari untuk Lima Tahun

4 Oktober 2010   05:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:44 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku sama sekali tak merencanakan perjalanan kami hari ini. Apalagi, jika mengingat kejadian tadi pagi saat tubuhku demam dan kepalaku pusing.

"Kenapa? Hati2 ah, nanti ga bagus kan kalau sampai nemenin aku di RS.. :p Jaga kesehatan selagi berlibur. Jangan lupa beribadah. Happy Sunday."

Begitu komentar Camelia, seorang sahabat dekat dari Jakarta, saat aku menulis status demam di Facebook. Saat aku membaca komentarnya pagi tadi, hujan deras masih juga mengguyur, langit gelap dan hitam.

Pagi ini aku bangun dalam keadaan meriang, demam dan pusing. Penyebabnya apalagi kalau bukan kehujanan seharian kemarin ditambah keletihan sehari sebelumnya. Aku mulai merasa yang aneh dengan badanku sejak tadi malam. Melda sudah sangat berbaik hati mengoleskan minyak kayu putih bahkan mengeroki punggungku tapi hasilnya tetap saja begini.

Aku sangat jengkel pada diri sendiri, karena keteldoran ini bisa saja menghancurkan semua rencana perjalanan kami. Tapi aku enggak mau menyerah, harus sembuh. Aku meminta tolong Melda membeli Redoxon, membuatkan teh hangat, memasak air panas untuk mandi dan kami menetapkan aturan sejak sekarang tak boleh kemana-mana tanpa sarapan pagi terlebih dahulu. Aku jengkel, tapi mungkin Melda lebih jengkel lagi karena aku sangat merepotkan -mudah-mudahan tak demikian ya Tuhan.

Mumpung di luar masih hujan, hari kedua ini akhirnya kuhabiskan untuk beristirahat hingga hujan reda. Daaaaannn yuhuuuuuuuuuu siangnya bisa bangun dengan keadaan lebih baik. Bahkan sorenya aku sudah menceburkan diri ke laut di Pantai Dreamland dan mandi matahari untuk mencokelatkan kulit. Kulit memang cokelat tapi hanya beberapa hari karena setelah itu semuanya mengelupas karena berjemur tanpa krim khusus.

Setelah puas mandi seharian, tak ada lagi pusing di kepala meski badan masih sedikit demam. Aku kedinginan dan ngiler melihat para bule makan mie. Kami pun akhirnya menikmati mie di Warung 88 di Kuta.

Saat akan meninggalkan tempat ini jelang Maghrib, hujan deras kembali membasahi tanah sehingga kami yang sudah pamit kepada pemilik warung dan mengenakan helm terpaksa duduk kembali sebelum akhirnya menghabiskan malam di cafe ini.

Jika kuingat-ingat lagi, hari ini adalah hari paling berwarna selama di Bali. Jengkel, senang, ceria, bad mood semuanya berkumpul jadi satu. Bad mood?

Dalam perjalanan sebelum menuju Dreamland pagi tadi aku menerima pesan singkat dari dia yang jauh di seberang lautan sana. Isinya mengabarkan bahwa, pekan lalu dia juga liburan ke Tegalalang selama Jumat, Sabtu dan pulang Minggu. Lucu dan aneh karena dia baru memberitahuku sekarang. Padahal seminggu lalu saat kami sms-an dia seolah-olah masih stress ditekan beban pekerjaan yang menumpuk. Tapi kok masih sempat ke Bali? Aku merasa dikibuli lagi, apalagi jika mengingat-ingat memang ada komentar teman-temannya di halaman facebook-nya soal kepergiannya ke Bali. Tapi, seperti biasa saat dia mau menyembunyikan sesuatu -misal dulu informasi bahwa aku adalah pacarnya- dia menghapus komentar teman-temannya terutama yang mengandung kata Bali. Entahlah, dari siapa dia mau bersembunyi.

Ah sudahlah, terserah saja toh itu adalah haknya juga. Dulu juga sudah biasa begitu saat kami masih pacaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun