Mohon tunggu...
Albert Tarigan
Albert Tarigan Mohon Tunggu... -

penikmat kopi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Lima Hari untuk Lima Tahun

4 Oktober 2010   05:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:44 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya pertemuan kami bukan tanpa perencanaan sama sekali. Karena sebelum ke Bali aku sudah memberitahu maksud kedatangan dan tempat-tempat yang ingin kukunjungi. Tadinya aku pikir aku akan lebih banyak bepergian sendiri karena Melda sibuk bekerja. Kesendirian, kata beberapa teman di Jakarta, cukup baik buatku untuk refleksi dan mengoreksi kesalahan-kesalahan selama pacaran hingga akhirnya bubar begitu saja. Tapi rupayanya ia mengambil cuti dan baru memberitahu malam ini, kejutan yang menyenangkan karena itu berarti aku tak perlu repot-repot membeli peta, atau bengong jalan-jalan sendirian.

Selain untuk reuni, ide pergi ke Bali sedikit banyak juga terpengaruh buku bestseller Elizabeth Gilbert, Eat, Pray, Love yang secata kebetulan kubaca dua minggu sebelum berangkat. Penuturan Liz soal Ubud di bab tentang Indonesia sangat kocak, seru dan memancing rasa penasaran terhadap tempat-tempay yang dikunjunginya. Padahal, Melda sempat berkomentar sebenarnya tak ada objek wisata yang mengesankan di Ubud saat aku mengutarakan tujuan pertamaku adalah tempat itu.

"Tolong cari cafe yang enak buat nongkrong ya, nanti kita begadang sampai pagi," demikian pintaku melalui pesan singkat sebelum terbang.

"Oke, cafe yang suasana alam atau ramai?"

"Yang enggak berisik, agak etnik dan enak buat ngobrol."

Satu jam berlalu, kami meninggalkan Kuta dan bergerak pulang. Tapi lagi-lagi tergoda untuk singgah di deretan tempat nongkrong 24 jam di pinggir jalan dan akhirnya menikmati segelas cappucino panas sampai pagi dini hari. Mataku benar-benar lelah tapi aku merasakan kebahagiaan di hatiku.

**********

TAK PANTAS jika berharap ada petualangan seru atau menegangkan selama lima hari di Bali. Sudah jelas ini bukan petualangan tetapi lebih kepada melakukan sesuatu yang membuat senang. Tapi apakah gerangan kesenangan lebih tepatnya lagi kebahagiaan?

Sejak hari pertama di Kota ini aku sudah menyadari bahwa kebahagaiaan tak bisa dikejar di luar sana. Ia sudah harus sudah ada dalam hati karena rasa syukur, keinsyafan dan keyakinan bahwa sesuatu yang indah akan tiba pada waktu-Nya. Aku tak bisa merepresi rasa sedihku dengan rasa senang sesaat, karena kalau demikian, rasa sedih itu akan menyembul tiba-tiba saat aku mulai sendiri seperti, jelang dan bangun tidur.

Berangkat dari pemahaman seperti itulah aku senantiasa berupaya untuk mengingatkan diriku bahwa aku sedang sadar, aku merasakan kesedihan bukan memabukkan diri dengan bersenang-senang.

Kesedihan?

Harus kuakui banyak nada-nada sumbang yang mencomoohku hanya karena sedih saat hubungan dengan pacar hancur. Ini bukan hal aneh karena banyak orang melakukannya –apalagi di dunia laki-laki- saat menanggapi putusnya ikatan seseorang dengan orang lain. Apalagi cuma pacaran! tapi bisakah kita mengatakan, ”halah gitu aja sedih, masih banyak perempuan di dunia ini boi...,” dengan adil kepada seorang lelaki yang kehilangan pacar dan juga kepada mereka yang kehilangan istri karena cerai misalkan?

Karena kesedihan ya kesedihan. Kita tak bisa memakai standar umum apalagi standar pribadi untuk menilai orang lain. Aku mungkin tak peduli kucing peliharaan peliharaanku mati, anda perlu waktu seminggu untuk bangkit karena sedih ditinggal mati burung peliharaan anda. Jika benar ingin memahami kesedihan orang lain, bayangkanlah kita kehilangan benda atau orang yang disayangi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun