Mohon tunggu...
Roeslan Hasyim
Roeslan Hasyim Mohon Tunggu... Editor - Cerpen Mingguan

Penyiar Radio Mahardhika Bondowoso, Pengajar Prodi PSPTV dan Perfilman SMKN 1 Bondowoso

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pohon

7 Februari 2021   08:59 Diperbarui: 7 Februari 2021   09:09 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sambil memperhatikan Metty yang sedang asyik melihat keindahan alam sekitar, aku menjelaskan perlahan bahwa bukti dari keyakinan ibu akan pohon rambutan bisa dilihat sekarang ini. Pohon-pohon mulai tumbuh lagi, menghijaukan tanah surga yang menjadi rebutan penguasa dan investor . Andai saja ibu tak menanam pohon rambutan, bisa jadi kita dan orang lain bahkan anak cucu manusia tak bisa menikmati sebongkah surga yang masih tersisa di negeri ini.

Namun, keyakinan itu tentu bukan tanpa pamrih. Ibu meninggal dunia setelah 41 hari pohon itu ditanam. Menurut ayah, berapapun usia seseorang ketika mereka melakukan ritual untuk menjaga alam dengan pohon rambutan, maka ia harus berani mengorbankan jiwanya untuk pohon rambutan.

Itu terbukti, setelah 41 hari ditanam dengan mantra-mantra sapu jagat yang dibaca, ibu meninggal dan undang-udang sapu jagat dibatalkan keesokan hari.

"Lalu, ibumu?"

"Ya, disana. Seperti yang kamu kira. Ibu harus di kebumikan di bawah pohon rambutan, sebagai syarat wajib dari ritual sapu jagat. Artinya pohon rambutan itupun jadi nisan ibu."

"Bukannya undang-undang sapu jagat gagal karena demo besar-besaran dan presiden dimakzulkan oleh rakyat." Balas Metty.

"Bisa jadi sih. Bisa juga bukan karena itu. Karena mereka para wakil rakyat yang sekongkol untuk mengesahkan undang-undang, masih bercokol di gedung dewan." Ucapku, membela pengorbanan ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun