Mohon tunggu...
Roeslan Hasyim
Roeslan Hasyim Mohon Tunggu... Editor - Cerpen Mingguan

Penyiar Radio Mahardhika Bondowoso, Pengajar Prodi PSPTV dan Perfilman SMKN 1 Bondowoso

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pohon

7 Februari 2021   08:59 Diperbarui: 7 Februari 2021   09:09 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Belum pernah aku buka. Aku menaruhnya rapi dengan barang-barang ibu yang lain dalam satu lemari."

"Sayang sekali, kamu nggak tahu alasan dibalik pohon itu." Metty terlihat agak kecewa.

"Iya. Aku hanya tahu, kalau rindu ibu. Aku harus ke tempat itu. Itu merupakan peninggalan ibu satu-satunya, sebelum akhirnya ibuku meninggal dunia."

"Owwwh, cup-cup anak mama. Jangan sedih gitu dong. Besok-besok aku temenin lagi dah kesana." Sekali lagi dia menggodaku seperti ia sadar bahwa sebenarnya aku anak manja yang seringkali butuh perhatian dari seorang ibu, meskipun ibuku sudah tiada.

*

Metty, wanita yang aku kenal sejak semester 2. Sejak saat itu, aku dan Metty sering sekali bersama. Tak banyak tanya perihal keluarga dan masa lalu kita masing-masing. Kita berdua hanya menikmati kebersamaan saja, tidak lebih dari itu. Ia tak pernah menanyak perihal ibuku meninggal karena apa. Bisa jadi, karena dia ingin menjaga area privasiku.

"Met, kamu tahu nggak ibuku meninggal karena apa?"

 "Aku sebenarnya ingin tahu, tapi... aku tak mau masuk lebih dalam ke dalam kehidupanmu. Terutama tentang ibumu. Karena aku takut, jika tanya tentang keluargamu, kamu marah karena merasa bahwa pertanyaanku sudah terlampau berlebihan." Terdiam sejenak.

"Jika kamu mengenalkanku tentang keluargamu lebih jauh dari sekedar pertemanan ini, aku berterima kasih. Jika tidak, biarlah kita tetap seperti ini. Cukup saling kenal tanpa harus menceritakan kehidupan keluarga kita, ayah dan ibu, baik dimasa lalu atau kehidupan sekarang. Bagiku sudah cukup." Balas metty begitu panjang. Seakan-akan dia memberi kode keras bahwa hubungan yang kita jalani tak selamanya harus seperti ini, kalau bisa lebih dari sebelumnya.

"Baiklah. Aku akan menceritakan semua tentang keluargaku, terutama tentang ibuku."

Ibu, suka sekali mendaki. Berjalan menelusuri setip inchi tanah yang ditumbuhi rerumputan, dan melintasi semak belukar serta pepohonan yang tumbuh tinggi menjulang seperti sedang menopang langit agar tidak runtuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun