“Astaga!”, Jerit Ibu sambil menggoyang-goyang tubuhku, “Apa yang dilakukan pemuda-pemuda tadi nak? Kenapa sampai kamu telanjang bulat seperti ini? Ini Barbiedari mana, kok beda lagi”. Dan goyangan Ibu semakin keras. Tapi aku masih tak sadarkan diri.
*
Ketika terbangun, aku berada di tempat yang serba putih. Kasurnya putih, ambinya putih, cat temboknya putih. Dan ada semacam balon yang mengalirkan air ke tangan kiriku. Kutengok kiri, ada Ibu dan seorang pria berpakaian jas putih dan bandul besi berujung panjang mengitari lehernya, dialah dokter seperti di gambar-gambar, dan di TV.
Lamat-lamat kudengarkan mereka berbicara, dan ternyata:
“Bagaimana dok keadaan putri saya??!!” Jerit Ibu
“......................demikian adanya” Kata Dokter, tenang, “Bersabarlah Bu, karena..............” lamat juga kudengar kata dokter itu suaranya lembut dan pelan, seakan sengaja dilirihkan supaya aku tidak dengar.
“Pasti ini kelakuan Bapaknya!” Kata Ibu, Oetari dengan nada marah
Syukur Ibu memanggil Bapak, dan mengatakan kelakuan Bapak. Adakah harapan bagi mereka untuk berkumpul dan hidup bersama lagi.
Sepanjang jalan Surabaya-Tuban, Juni 2016
Catatan: Terisnpirasi oleh tragedi kekerasan pada anak yang menimpa Harum (nama samaran). Anak berusia 13 tahun setingkat Sekolah Dasar (SD) di Wonosalam yang mengalami pencabulan oleh lima pemuda. Tragedi pencabulan Harum diketahui setelah kandungan Harum berusia lima bulan. Hal itu diketahui setelah guru di sekolah Harum mendapati ia sering mual dan pingsan dan mudah lelah. Sampai sekarang lima pemuda tadi belum tertangkap. Mari kita jaga anak-anak sekitar lingkungan kita dari segala macam tindak kejahatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H