Ia memahi bahwa di Indonesia, banyak individu yang tidak terlayani oleh bank di Indonesia. Seperti yang kamu ketahui, bahwa bisnis bank memang mengincar sector yang menjanjikan dalam keuntungan mereka. Sedangkan untuk pinjaman individual membutuhkan lebih banyak orang, kantor cabang, hingga proses yang cukup rumit.
Mayoritas bagi individual yang ingin mencari pinjaman pun sebenarnya memang tidak layak untuk diberikan pinjaman tersebut. Disitulah William mempelajari masalah tersebut yang akan menjadikan kesempatan buat dirinya dalam membuka perusahaan Akulaku.
2. Memiliki banyak "Rahasia" dari para senior di Cina
Pada akhir 2017, jumlah pengguna yang mendapatkan pinjaman di platform mereka berhasil menembus angka satu juta orang. Kini angka tersebut telah berlipat ganda menjadi dua juta orang.
William Li mengungkapkan bahwa ia tak memiliki trik khusus dalam membangun Akulaku di Indonesia. Ia hanya menggunakan ilmu-ilmu yang telah ia miliki dan pengalaman bekerja di berbagai perusahaan industry teknologi di Cina.
"Saat itu Alibaba baru mengakuisisi Lazada, JD.com baru membuka operasional mereka di tanah air, dan Bigo LIVE pun baru hadir. Namun belum ada startup fintech yang hadir di sini, yang bisa kami jadikan acuan."
Menurut Li, ada beberapa point-point penting yang ia lakukan dalam membangun Akulaku, antara lain:
Hingga saat ini, Akulaku telah menggandeng karyawan lokal dengan presentase 96%.
Iklan memang menajdi daya tarik tersendiri, tapi jangan mengandalkan akan bias mendapat pertumbuhan yang organik.
Investasi yang besar di bidang teknologi. Itulah mengapa Akulaku membangun pusat pengembangan teknologi di Cina, yang mereka anggap mempunyai ekosistem teknologi yang lebih baik.