Sebuah layanan pinjaman online bernama Akulaku telah hadir di tanah air sejak pertengahan 2016 lalu. Layanan yang berbasis mobile ini memungkinkan untuk kamu membeli barang apa yang sedang kamu cari, mulai dari kebutuhan sehari-hari hingga ke alat elektronik.
Hingga saat ini, Akulaku telah memberikan pinjaman kepada 2 juta orang di Indonesia. Tak hanya itu saja, mereka telah melayani transaksi sekitar 2 juta transaksi per bulannya dengan nilai transaksi berkisar Rp 50.000 -- Rp 500.000.
Lalu, Bagaimana perjalanan sang CEO, William Li dalam membangun Akulaku ?
1. Mengawali dengan layanan pengiriman uang di Hong Kong
![dok. Akulaku](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/01/02/william-li-akulaku-founder-foto-5c2c3266bde57576004e395f.jpg?t=o&v=770)
Sedangkan Gordun Hu, ia merupakan seorang yang memiliki ilmu dalam bidang Software Engineer. Ia pernah bekerja diberbagai perusahaan ternama di Cina, seperti Tencent, Oracle, HuaTai Securities dan CITIC Securities.
"Kami sama-sama bekerja di Kota Shenzhen. Karena komunitas teknologi di sana cukup kecil dan dekat, kami pun bisa bertemu" ujar Co-Founder Akulaku, William Li.
Dengan memiliki pengalaman di Ping An, William memiliki ide untuk membuat layanan finansial pada negara berkembang diluar Cina.
Pada tahun 2015, akhirnya mereka berdua membangun sebuah layanan pengiriman uang (Remittance) lintas negara di Hong Kong. Melalui perusahaan tersebut itulah, membuat William bisa bertemu dengan para nasabah yang merupakan Tenaga Kerja Asing (TKA) asal Indonesia dan Filipina. Dari pertemuan itu, William dapat mempelajari gaya hidup dan latar belakang dari mereka.
"Ini adalah pengalaman pertama saya bertemu dengan orang-orang seperti itu. Saya pun mulai mempelajari apa kebutuhan mereka? Mengapa mereka secara rutin mengirim uang ke negara asal masing-masing?"
William pun telah memiliki akses untuk saling bertukar informasi dengan bank-bank besar di Indonesia, seperti BNI, BRI hingga Mandiri.
Ia memahi bahwa di Indonesia, banyak individu yang tidak terlayani oleh bank di Indonesia. Seperti yang kamu ketahui, bahwa bisnis bank memang mengincar sector yang menjanjikan dalam keuntungan mereka. Sedangkan untuk pinjaman individual membutuhkan lebih banyak orang, kantor cabang, hingga proses yang cukup rumit.
Mayoritas bagi individual yang ingin mencari pinjaman pun sebenarnya memang tidak layak untuk diberikan pinjaman tersebut. Disitulah William mempelajari masalah tersebut yang akan menjadikan kesempatan buat dirinya dalam membuka perusahaan Akulaku.
2. Memiliki banyak "Rahasia" dari para senior di Cina
![dok: linkedin.com/in/ade-deni-ramdani-7826b249](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/01/02/620314d3-766d-4d2d-9742-5c5c1a541eef-5c2c334dc112fe02ff6f8aa6.jpg?t=o&v=770)
Pada akhir 2017, jumlah pengguna yang mendapatkan pinjaman di platform mereka berhasil menembus angka satu juta orang. Kini angka tersebut telah berlipat ganda menjadi dua juta orang.
William Li mengungkapkan bahwa ia tak memiliki trik khusus dalam membangun Akulaku di Indonesia. Ia hanya menggunakan ilmu-ilmu yang telah ia miliki dan pengalaman bekerja di berbagai perusahaan industry teknologi di Cina.
"Saat itu Alibaba baru mengakuisisi Lazada, JD.com baru membuka operasional mereka di tanah air, dan Bigo LIVE pun baru hadir. Namun belum ada startup fintech yang hadir di sini, yang bisa kami jadikan acuan."
Menurut Li, ada beberapa point-point penting yang ia lakukan dalam membangun Akulaku, antara lain:
Hingga saat ini, Akulaku telah menggandeng karyawan lokal dengan presentase 96%.
Iklan memang menajdi daya tarik tersendiri, tapi jangan mengandalkan akan bias mendapat pertumbuhan yang organik.
Investasi yang besar di bidang teknologi. Itulah mengapa Akulaku membangun pusat pengembangan teknologi di Cina, yang mereka anggap mempunyai ekosistem teknologi yang lebih baik.
"Posisi saya cukup unik, karena saya membuat startup fintech yang beroperasi di Indonesia. Senior-senior saya pun tidak ragu untuk berbagi rahasia kepada saya, selama saya tidak bersaing dengan mereka di Cina."
3. Tidak aka nada satu pun Startup Fintech yang akan menguasai semuanya
![dok. Akulaku](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/01/02/akulaku-featured-image-5c2c332412ae940fbb31756d.jpg?t=o&v=770)
"Menangani manusia jauh lebih sulit dibanding menangani hal teknis. Yang terpenting bagi saya adalah mereka harus menunjukkan sikap yang baik ketika bekerja." Ujarnya
Di Indonesia sendiri, Akulaku harus bersaing dengan beberapa startup lain, seperti Kredivo, Uang Pintar, Tunaiku, dsb. Namun Li mengaku bahwa mereka tidak sepenuhnya bersaing satu sama lain.
"Sepanjang sejarah, baik di negara maju maupun negara berkembang, tidak ada satu perusahaan tunggal yang menguasai sebuah bisnis keuangan."
Tak hanya ada di Indonesia, kini Akulaku telah hadir dibeberapa negara, seperti Vietnam, Philippines dan Malaysia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI