"Bukan pujangga dari Base Jam," jawabnya yang kemudian mengganti lirik lagu lain. "Oh mungkinkah diri ini, dapat merubah buih.. Yang memutih menjadi permadani, seperti pinta yang kau ucap dalam janji cinta. Juga mustahil bagiku
Menggapai bintang dilangit. Siapalah diriku. Hanya insan biasa. Semua itu. Sungguh aku. Tiada mampu.... "
Keti menyela, "Ehem..., Kalau kamu nyanyi terus. Kapan giliran aku ngomong, Ja?"
Baja terbatuk-batuk. "Itu lagi ngomong," sindirnya.
"Ya sudah aku matikan teleponnya."
"Ngambek."
"Nggak."
Keti menggigit bibir. Baja menarik nafas panjang dan terdengar hembusan angin. Gantian Keti menelan liur. Hening. Keti membuka pokok pembahasan. Masalah tentang percintaannya yang mengecewakan.Â
Di akhir kalimat, Baja menasehatinya.
"Jangan terlalu memikirkan seseorang yang tak pantas kamu cintai. Tidak apa-apa untuk menangisi dia. Bahkan memaafkannya pun tidak apa-apa. Tapi jangan kembali padanya. Jika dia tidak tahu bagaimana cara mencintaimu pertama kali, dia tidak akan tahu bagaimana menghargai pengorbananmu."
Suketi sejenak menyimpan ucapan Baja dalam memori otak. Perkenalan pertama Keti dengan Baja di malam itu membuat keduanya tak bisa tidur.