Feri gegas pergi. Setelah mengakhiri percakapan punggungnya kini sudah jauh dari pandangan. Suketi masih terdiam di tempatnya. Menunduk mengambil secarik kertas yang dijatuhkan Feri barusan, tertulis angka dengan jumlah dua belas digit-- tertera satu nama di sana. BAJA. Dia mengetik nama Baja ke dalam kontak ponsel.
**
Rasit: [Ket, tumben sms aku nggak dibales] Â
Rasit: [Masih sibuk ya]
Rasit: [ Kalau udah nggak sibuk. Pliss bales pesanku]
Rasit mengirimkan pesan berulang-ulang. Menimbulkan getar di ponselnya. Keti mengabaikan pesan dari Rasit karena berniat menjauhinya. Gadis yang terbiasa mengikat satu rambutnya dengan berat hati menghapus dan memblokir facebook Rasit.
Pikiran Keti ruwet dihadapkan suatu masalah percintaan. Kini tak ada Rasit sebagai tumpuan beban.
Dia ingin meluapkan amarah dan butuh teman curhat. Namun, tak tahu kepada siapa? Deva sahabatnya mungkin sekarang sudah istirahat. Apalagi besok akan ada pertandingan basket. Suketi tidak ingin mengganggunya dan itu bisa saja membuat semangat Deva menurun.
Harapan terakhir ada pada secarik kertas pemberian Feri. Ia ragu tapi mulai mengetik pesan singkat.
SUKETI: [Hey...]
Masih belum ada jawaban. Suketi terus mengirimkan pesan yang sama berharap teman Feri menanggapi.