Deva sosok kawan yang peduli. Keti mendengarkan lawan bicaranya yang penuh nasehat tanpa jeda.
"Kamu itu smart, jika kamu percaya dengan kemampuan-mu. Tunjukkan kemampuan mu itu, Ket. Kamu pasti bisa membuktikan kepada yang lain. Aku akui meskipun namamu memang lucu, eh... , maksudku namamu itu sebenarnya unik dan dimataku kamu gadis yang spesial."
"Spesial untuk kamu ejek! Ya, kan?!" Keti menjawab dengan gusar.Â
Deva menepuk bahunya mencoba meyakinkan sekali lagi.
"Sayangnya kamu gadis jutek dan keras kepala. Jika kamu tahu, Ket. Banyak yang ingin bersahabat dengan mu."
"Oh... , yah. Kamu pembual hebat, Dev. Memangnya siapa yang mau jadi sahabatku selain Mila?"
"Aku."
Mendengar ucapan Deva gadis itu tetap tidak percaya. Keti selalu berpikir semua pria pembohong dan menyebalkan. Walaupun sebenarnya dia senang karena Deva-lah yang selalu ada untuknya. Tetap saja Keti sulit menerima pengakuan Deva yang ingin menjadi sahabatnya.
Ruangan perpustakaan menjadi sangat sunyi ketika mereka tenggelam dalam pemikirannya masing-masing. Dan, bel masuk berbunyi nyaring. Keti masuk ke dalam kelas bersama Deva yang mengikutinya dari arah belakang.
**
Satu Bulan Keti mengikuti kegiatan ekskul basket, dengan Tim Deva sebagai kapten basket. Deva seringkali mengajari Keti cara mendrible bola dan melempar bola ke dalam ring.Â