Pengikut ajaran Samin mempunyai lima ajaran :
1. Tidak bersekolah,
2. Tidak memakai peci, tapi memakai “iket”, yaitu semacam kain yang diikatkan di kepala mirip orang Jawa dahulu,
3. Tidak berpoligami,
4. Tidak memakai celana panjang, dan hanya pakai celana selutut,
5. Tidak berdagang, dan
6. Penolakan terhadap kapitalisme
- UPACARA ADAT DAN KEPERCAYAAN SUKU SAMIN
Upacara-upacara tradisi yang ada pada masyarakat Samin antara lain nyadran (bersih desa) sekaligus menguras sumber air pada sebuah sumur tua yang banyak memberi manfaat pada masyarakat. Tradisi selamatan yang berkaitan dengan daur hidup yaitu kehamilan, kelahiran, khitanan, perkawinan, dan kematian. Mereka melakukan tradisi tersebut secara sederhana.
1. Upacara Kelahiran
Kelahiran menurut masyarakat Samin adalah sesuatu hal yang dianggap biasa saja. Masyarakat Samin juga mengenal brokohan bancakanmbel-mbel yang dibagi-bagikan kepada tetangga dinamakan "mbrokohiturunan". Kemudian setelah sang bayi berusia lima hari dibuatkan juga mbel-mbelsepasaran, lalu pada saat bayi berusia sembilan hari juga dibuatkan mbel-mbel selapan.
Ada ritual yang dinamakan penanaman tembuni yang dibedakan antara pria dan wanita. Penanaman tembuni bagi anak laki-laki ditanam di dalam rumah agar si anak laki-laki itu ketika dewasa bisa membantu sang ayah dalam mencari penghasilan. Sementara itu, anak perempuan tembuninya ditanam di luar rumah dengan harapan si anak cepat mendapat jodoh.