Mohon tunggu...
Akhmad NaufalHafiz
Akhmad NaufalHafiz Mohon Tunggu... Mahasiswa - Newbie Writter

Man Jadda Wa Jada

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Agama Lokal Suku Samin

19 Maret 2021   11:39 Diperbarui: 19 Maret 2021   11:43 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Samin Singkep

Suku Samin ini memiliki ciri dengan tutur kata yang halus dan masih memakai Bahasa yang santun kepada orang-orang tua. Salah satu ciri yang lain jalan perlawanan dengan cara perilaku dengan model niteni (memperhatikan miliknya sendiri). Cara ini konkritnya ialah ketika ditarik pajak akan hasil buminya maka ai akan menggunakan pola fikir bahwa tanah yang digarap ialah tanahnya sendiri bukan tanah dari Bangsa Belanda mengapa harus membayar pajak untuk miliknya sendiri. Dapat disimpulkan bahwa Samin Sikep dengan cara ini menolak pajak sebagai bentuk perlawanannya

2. Samin Sangkah

Suku Samin sangkah memiliki karakter yang berbeda dengan Samin Singkep. Samin Sangkah ditandai dengan tutur Bahasa yang kasar kepada bangsa Belanda dan pribumi pegawai Belanda. Pola dari Bahasa kasar ini dengan memakai Bahasa Jawa Ngoko kepada Belanda beserka kaki tangannya. Pemakaina Bahasa ini menunjukan nilai-nilai persamaan derajat yang diusung oleh suku Samin kepada belanda. Selain itu yang menjadi ciri dari Samin Sngkah ini ialah perilaku dengan model logika berasarkan perspektif mereka sendiri. Pola ini secara kinkrit ialah ketika ditanya berepa jumlah sapi yang dimilikinya maka ia akan menjawab dua walaupun sebenarnya memiliki sapi lebih dari dua. Hal ini sesuai asumsi mereka menghindari pajak dari Belanda serta membungungkan Belanda dalam mencari informasi akan gerakanya.

Masyarakat Samin sendiri juga mengisolasi diri hingga pada tahun 70-an, mereka baru tahu Indonesia merdeka. Kelompok Samin ini tersebar sampai Jawa Tengah, namun konsentrasi terbesarnya berada di kawasan Blora, Jawa Tengah dan Bojonegoro, Jawa Timur yang masing-masing bermukim di perbatasan kedua wilayahnya. Jumlah mereka tidak banyak dan tinggal di kawasan pegunungan Kendeng di perbatasan dua provinsi. Kelompok Samin lebih suka disebut wong sikep, karena kata samin bagi mereka mengandung makna negative. Orang luar Samin sering menganggap mereka sebagai kelompok yang lugu, tidak suka mencuri, menolak membayar pajak, dan acap menjadi bahan lelucon terutama di kalangan masyarakat Bojonegoro

  • KEPERCAYAAN DAN MAGI SUKU SAMIN

Penganut Saminisme mempercayai akan adanya Tuhan Yang Maha Esa dan mengakui segala bentuk kebaikan agama karena agama mengajarkan kebaikan kepada setiap umatnya[1]. Pengikut ajaran Samin mempunyai lima ajaran, yaitu: tidak bersekolah, memakai "iket", yakni semacam kain yang diikat di kepala, tidak berpoligami, tidak memakai celana panjang, dan hanya pakai celana selutut, dan tidak berdagang karena bagi mereka berdangang menimbulkan sikap ketidakjujuran dan tidak baik.

     Pokok ajaran Samin adalah sebagai berikut:

          1. Agama adalah senjata atau pegangan hidup. Paham Samin tidak membeda-bedakan agama, oleh karena itu orang Samin tidak pernah                                    mengingkari atau membenci agama. Jangan mengganggu orang, jangan bertengkar, jangan suka iri hati, dan jangan suka mengambil milik                        orang.

          2. Bersikap sabar dan jangan sombong.

          3. Manusia hidup harus memahami kehidupannya sebab hidup adalah sama dengan roh dan hanya satu, dibawa abadi selamanya. Menurut orang                Samin, roh orang yang meninggal tidaklah meninggal, namun hanya menanggalkan pakaiannya.

          4. Bila berbicara harus bisa menjaga mulut, jujur, dan saling menghormati. Berdagang bagi orang Samin dilarang karena dalam perdagangan                         terdapat unsur “ketidakjujuran”. Juga tidak boleh menerima sumbangan dalam bentuk uang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun