Mohon tunggu...
Akhmadi Swadesa
Akhmadi Swadesa Mohon Tunggu... Seniman - Pengarang

Menulis saja. 24.05.24

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Selangit Sesal

4 Agustus 2024   13:59 Diperbarui: 8 Oktober 2024   07:11 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

     "Haaii...." tegur lelaki itu ramah. Pandangan mereka bertemu. "Kau...Kau...Kau Risnayanti? Oh, sudah lama sekali..." Nampak sekali rasa keterkejutan di wajah lelaki itu, yang tidak lain adalah Tegar.

     Risnayanti mengangguk cepat. "Tegar...," bisiknya lirih. "Maafkan aku...."

     "Mana suamimu, Ris?" Pelan suara Tegar menanyakan itu.

     Risnayanti menggeleng. Ditatapnya lagi wajah Tegar. Tepatnya Haji Tegar Budiman. Lalu tersenyum. "Aku sama sekali tidak tahu kalau ini acaramu, dan kau sudah jadi pengusaha besar sekarang...Aku sudah berpisah dengan suamiku. Aku datang kemari bersama anak semata wayangku karena diajak seorang teman. Aku baru beberapa bulan di sini, aku bekerja di perusahaan perkebunan kelapa sawit yang baru buka di sini. PT Maju Terus...."

     "Oh, tidak mengapa, Ris. Bekerjalah dengan baik di situ, karena itu adalah salah satu perusahaan milikku juga," sahut Tegar, tanpa nada sombong. "Oke deh, Ris. Kudoakan engkau sukses. Aku permisi dulu, istri dan anak-anakku sudah menunggu di mobil. Rencananya besok kami akan berangkat ke Amerika, lantas keliling Eropa. Jalan-jalan aja.... Daah."

     Risnayanti tertegun. Ada yang terasa perih di sini. Di hati ini. Masih dia pandangi tubuh Tegar yang berjalan menjauh, meninggalkannya. Suasana saat itu, dirasakan Risnayanti, alangkah sendu dan muramnya! ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun