Mohon tunggu...
Akhmadi Swadesa
Akhmadi Swadesa Mohon Tunggu... Seniman - Pengarang

Menulis saja. 24.05.24

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Selangit Sesal

4 Agustus 2024   13:59 Diperbarui: 8 Oktober 2024   07:11 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

    "Lebih baik buah-buahan itu kau jual ke pasar, agar bisa menambah-nambah hasil dari kerja ojegmu."

     "Risna, kenapa kau ngomong seperti itu? Ini bukan Risnayanti-ku yang selama ini kukenal. Kita pacaran sejak di bangku kelas dua SMA, kita sudah saling cinta dan sayang. Mengapa begini?" Tegar tertawa, kecut. 

     "Memang bukan. Aku bukan seperti yang kau kenal dulu. Mulai sekarang kita sudah tidak ada apa-apa lagi. Aku memutuskan untuk putus denganmu!"
     Tegar tercengang. "Risna sayang, ada apa sih? Kau kok lain benar malam ini? Kalau ada persoalan ngomong dong...."

     "Jangan panggil-panggil aku 'sayang,' lagi. Sebel! Daah. Selamat malam!"

     Waktu itu Risnayanti langsung masuk ke dalam rumah dan menutup pintunya dengan keras.

     Di teras itu Tegar berdiri kebingungan sambil masih memegang ikatan buah lengkeng dan manggis di tangannya. Cowok itu benar-benar merasa terpukul, apalagi setelah itu Risnayanti tidak bisa dia hubungi lagi, meskipun beberapa kali dia telah mencoba.

     Dan puncaknya adalah beberapa bulan kemudian, ketika Risnayanti akhirnya menikah dengan seorang pria yang berstatus sebagai pegawai pemerintah, yang tentu saja punya penghasilan jelas dan masa depan gemilang. Rupanya diam-diam Risnayanti punya pacar yang lain, pikir Tegar waktu itu.    

     Mungkin itulah memang harapan Risnayanti, mendapatkan suami yang jelas pekerjaan dan penghasilannya. Tidak seperti dirinya, pekerja lepas yang tidak jelas masa depannya.

     Risnayanti tersentak dari ingatan masa lalunya, tatkala Topan, putra tunggalnya, menepuk bahunya. Mengingatkannya bahwa acara sudah selesai. Orang-orang sibuk berbenah dari tempat duduknya. Bersiap-siap untuk pulang.

    "Sayang, tunggu sebentar di sini ya? Mama mau ke toilet dulu," kata Risnayanti kepada anaknya, sambil berdiri.
     Risnayanti berjalan ke toilet sambil menyeka matanya dengan sapu tangan. Dia tetap mengeluarkan airmata bila mengingat bagaimana dia mencampakkan Tegar dulu itu. Bagaimanakah perasaan seorang cowok ketika cintanya diputus begitu saja oleh gadis yang amat dia sayangi?

     Uup!! Risnayanti nyaris menubruk tubuh seseorang ketika dia membelok ingin memasuki pintu toilet. Dia mengangkat muka dan memandang lelaki yang hampir saja tadi bertubrukan dengannya. Seorang lelaki yang nampak sangat gagah dan penuh percaya diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun