"Haaii...." tegur lelaki itu ramah. Pandangan mereka bertemu. "Kau...Kau...Kau Risnayanti? Oh, sudah lama sekali..." Nampak sekali rasa keterkejutan di wajah lelaki itu, yang tidak lain adalah Tegar.
   Risnayanti mengangguk cepat. "Tegar...," bisiknya lirih. "Maafkan aku...."
   "Mana suamimu, Ris?" Pelan suara Tegar menanyakan itu.
   Risnayanti menggeleng. Ditatapnya lagi wajah Tegar. Tepatnya Haji Tegar Budiman. Lalu tersenyum. "Aku sama sekali tidak tahu kalau ini acaramu, dan kau sudah jadi pengusaha besar sekarang...Aku sudah berpisah dengan suamiku. Aku datang kemari bersama anak semata wayangku karena diajak seorang teman. Aku baru beberapa bulan di sini, aku bekerja di perusahaan perkebunan kelapa sawit yang baru buka di sini. PT Maju Terus...."
   "Oh, tidak mengapa, Ris. Bekerjalah dengan baik di situ, karena itu adalah salah satu perusahaan milikku juga," sahut Tegar, tanpa nada sombong. "Oke deh, Ris. Kudoakan engkau sukses. Aku permisi dulu, istri dan anak-anakku sudah menunggu di mobil. Rencananya besok kami akan berangkat ke Amerika, lantas keliling Eropa. Jalan-jalan aja.... Daah."
   Risnayanti tertegun. Ada yang terasa perih di sini. Di hati ini. Masih dia pandangi tubuh Tegar yang berjalan menjauh, meninggalkannya. Suasana saat itu, dirasakan Risnayanti, alangkah sendu dan muramnya! ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H