"Tapi, kenapa dia ganggu kita selama di sini?" tanyaku.
"Itu karena dia marah tempat tinggalnya diganggu karena adanya perkemahan ini, lagi pula siang waktu menabur garam, lemparan terakhir oleh Kak Ihsan dilemparkan tepat ke arah dia. Kemudian, saat Kak Ihsan bermain senter tembak sehabis api unggun Kak Ihsan itu sengaja mengarahkan senter itu ke arahnya itu buat dia marah banget. Lalu saat di Aula Kak Ihsan diam dan wajahnya pucat itu karena dia diikuti oleh cewek itu dan cewek itu tepat berada di belakangnya." Jelas Kak Jaiz
"Berarti itu memang salah kita kak, karena Kak Ikhsan sudah mengusik ketenangannya." tanyaku.
"Ya, Aril. Tidak perlu beritahu anggota lain ya? karena dia tidak mau diketahui orang banyak." jawab Kak Jaiz
"Ya, kak." ucapku.
Tak terasa Sudah waktunya salat subuh, aku dan Kak Jaiz membangunkan semua anggota regu kami untuk salat subuh. Pagi hari, kami bersiap-siap pulang dan aku sangat mengingat detail sosok wanita yang diceritakan oleh Kak Jaiz waktu subuh. Setelah sarapan kami bermain-main dahulu dengan monyet yang ada di lokasi perkemahan. Pagi ini penuh dengan keceriaan. Lalu barulah kami pulang kembali ke MTS An-Nashin dengan selamat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H