Hari jumat merupakan hari terakhir bagi anggota Pramuka Madrasah Nashihin untuk berlatih sebelum besok berangkat berkemah ke cibubur Jakarta Selatan. Semua perlengkapan yang diperlukan sudah siap di dalam tas masing-masing peserta. Waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB berarti latihan hari ini telah usai, seperti biasa sebelum pulang kami berkumpul dan mendapat
kan pengarahan dari Kakak Pembina dan pelatih kami yaitu Kak Akbar, Kak Ihsan, Kak Jaiz, Kak Aksal, dan Kak Yoga.
"Latihan hari ini selesai. Besok kumpul di sekolah paling lambat pukul 7.30 dan cek kembali semua barang bawaan jangan sampai ada barang yang tertinggal . Semua mengerti?" kata Kak Akbar
"Siap mengerti" jawab kami serentak.
"Baiklah setelah ini langsung pulang kerumah masing-masing, langsung istirahat jangan bergadang agar tidak kesiangan, semua mengerti?" Kata Kak Akbar
"Siap mengerti" Jawab kami serentak
"Balik kanan bubar, jalan" Ucap ka Akbar
Setelah sampai di rumah aku membersihkan badan agar nyaman untuk memeriksa kembali semua perlengkapan untuk besok setelah itu aku segera tidur karena sudah malam.
Pada pagi hari, pukul 07.30 pagi kami sudah berkumpul di halaman sekolah seperti perintah Kakak Pembina kami kemarin sebelum berangkat kami dibariskan terlebih dahulu lalu setelah diberikan pengarahan para semua anggota dicek barang bawaan takut membawa alat-alat yang dilarang untuk dibawa, setelah itu kami berangkat menggunakan mobil yang telah tersedia tetapi aku dan Sholeh dipanggil oleh Kak Ihsan untuk mengambil tenda dan pasak di Sekretariat pramuka.
"Aril, Soleh cepat ke sini sebentar!" panggil Kak Ihsan
"Ya, ada apa kak?" jawab Soleh
"Tolong ambilkan tenda dan pasak di dalam sekretariat pramuka, ini kuncinya."
"Siap kak" ucap kami berdua.
Aku dan Soleh pun langsung ke sekretariat pramuka untuk mengambil pasak setelah itu kami langsung memberikannya kepada Kak Ihsan dan berangkat ke lokasi perkemahan.
"Ini tenda dan pasaknya kak" kata Soleh
"Terima kasih, ayo cepat kalian naik ke mobil nanti kalian bisa tertinggal" kata Kak Ihsan.
"Baik, kak" jawab kami.
Di perjalanan Aku, Soleh, Ani, Kak Akbar dan Kak Ihsan terus bernyanyi sambil tertawa dan membuat kami semua ikut bernyanyi bersama. Tidak terasa kami sudah sampai di lokasi perkemahan lalu kami turun dari mobil sambil bergotong royong menurunkan semua perlengkapan yang kami bawa.
"Kak Akbar, tolong bawa tali ini?" ucap Ani.
"Ya, dik" jawab kak Akbar.
"Soleh, Kak ihsan tolong bantu aku membawa tongkat ini?" kataku.
"Oke dan" jawab mereka.
Setelah semua perlengkapan diturunkan dari mobil, kami bersama-sama masuk ke lokasi perkemahan dan berbaris terlebih dahulu untuk memulai acara pembukaan di lokasi perkemahan. Setelah pembukaan kami mencari lokasi untuk mendirikan tenda. Dari sini semua ketakutan itu mulai muncul. Awalnya kami memilih lokasi yang letaknya di depan tetapi karena di depannya ada tempat sampah yang besar dan semua anggota tidak tahan dengan bau sampah akhirnya kami mendirikan tenda tepat di seberang lokasi tenda Putri. Saat sedang mendirikan tenda, tiba-tiba salah satu dari kami yaitu Kak Jaiz terkejut sambil teriak. Kami pun kaget dengan teriakannya dia yang sangat kencang, lalu kami bertanya kepada kak Jaiz.
"Astagfirullah" Ucap kak Jaiz
"Kak, Kak Jaiz mengapa tiba-tiba teriak?" tanya
"Tadi di pohon asam sana ada cewek pakai baju putih rambut panjang." jawab Kak Jahiz
"Tidak ada siapa-siapa Kak di sana. Mungkin Kak Jaiz salah lihat saja" ucap Soleh.
"Tapi, dia masih duduk di sana." ucap kak Jaiz
Salah satu dari kakak penegak kami yaitu Kak Aksal mengajak Kak Jaiz menjauh dari lokasi tenda dan menenangkan Kak Jaiz. Setelah tenda selesai didirikan dan Kak Jaiz sudah mulai tenang kami pun berkumpul dan berbincang dalam tenda tetapi Kak Jaiz tetap tidak mau kalau pintu tenda bagian belakang dibuka padahal kami semua sudah merasa kegerahan.
"Jangan dibuka pintu belakangnya, aku ga mau masuk kalau dibuka pintu belakangnya." ucap Kak Jaiz.
"Tapi panas Kak." Jawab Akbar
"Sudah ikuti saja, jangan dibuka dulu pintu belakangnya." Kata Ani.
"Baik, Kak Ani." Jawab ku
Lama-kelamaan Kak Jaiz sudah mau kalau pintu tenda bagian belakang dibuka dan kami bercanda dengan serunya namun saat itu pandangan Kak Jaiz kembali tertuju ke arah sana, Kak Ihsan langsung bertanya.
"Is, cewek itu pakai baju apa? sedang apa cewek itu?" Tanya Kak Ihsan.
"Putih San, dari tadi ia melihat ke arah sini terus !" Jawab Kak Jaiz.
"Ga usah dilihat itu cewek, Nanti lo suka, hahaha." Jelas Kak Ihsan.
"Ya kali, aku suka sama setan" ucap Kak Jaiz
Kak Ihsan menyuruh aku dan Soleh untuk membeli garam yang akan ditaburkan di sekitar tenda agar terhindar dari binatang melata.
"Riel tolong beli garam di depan?" pinta Kak Ihsan.
"Baik, kak" jawab aku
"soleh, temani aku beli garam yuk?" kata Aku.
"ok, " jawab Soleh.
Kami berdua langsung ke warung di depan lokasi perkemahan setelah mendapatkan garam kami langsung kembali ke tenda dan menaburnya di sekitar tenda dengan teman-teman yang lain. Sekitar pukul 02.00, masing-masing 10 orang dari regu putra dan putri mengikuti upacara pemindahan batu pertama namun belum lama latihan 3 orang temanku kembali ke tenda karena sakit namun saat mulai upacara lama-kelamaan 6 orang lagi izin ke toilet, dan pulang ke tenda sebentar dan tidak kembali lagi ke lapangan upacara. Tinggal aku sendirian sampai aku menangis dan akhirnya ikut barisan MTSN 1 Tangsel , upacara itu berlangsung selama 2 jam.
Lalu saat sedang makan kami mendapat berita duka dari risa. Kakak sepupunya menelepon kalau tantenya risa meninggal dunia. Suasana mulai sunyi dan penuh air mata.
Kring,, Kring,, Kring, telepon berbunyi.
"Halo, assalamualaikum, ada apa kak? serius kak Tante meninggal jangan bercanda, soalnya Ani sedang kemah sekarang kak! sekarang jenazah Tante ada di mana kak? di rumah sakit , ya sudah Ani kesana sekarang kak. Hik,, Hik,, Hik" Jawab Ani sambil menangis.
"sabar Di" ucap kami.
Saat Ani di antarkan pulang oleh Kak Hilal tiba-tiba Kak Ihsan dan Akbar ikut bersedih yang kami pikir mungkin mereka ikut berduka atas meninggalnya Tante yang sangat Ani sayang itu.
Saat malam api unggun, tidak ada hal yang menakutkan namun sangat disayangkan baru pukul 23.00 malam tetapi acara api unggun harus dihentikan karena turun hujan deras. Saat kembali ke tenda ternyata banjir sehingga pihak panitia menyuruh untuk tidur di Aula dan Mes.
"Kak, bagaimana ini tendanya banjir?" tanyaku.
"Tadi panitia sudah menyuruh agar pindah ke Aula dan Mess, kemasi barang yang kalian perlukan." Jelas Kak Panca.
"baik, kak" Jawabku.
Saat berada di Aula, Kak Ihsan tak seperti biasanya. Dia hanya diam dan wajahnya pun pucat. Saat kami tanya dan menyuruhnya untuk makan Kak Ihsan hanya menganggukan kepala saja. Ini seperti bukan Kak Ihsan yang biasanya karena Kak Ihsan itu orangnya ceria dan suka menghibur
"Kak, makanlah dulu?" ucapku.
Kak Ihsan hanya diam. Lalu kami bertanya pada Kak Aksal soal Kak Ihsan.
"Kak Aksal, Kak Ihsan itu kenapa?" tanya Akbar.
"Sudahlah, dia itu lagi mengurus kalian." Jawab Kak aksal
Aku juga bertanya dengan kak Akbar kenapa ka Ihsan menangis waktu makan dan sewaktu ia pulang.
"Kak akbar kenapa sedih? sedih karena tantenya Ani ya kak?" tanya ku
"Iya aril, tapi Kakak lihat ada bayangan cewek di samping Ihsan" jawab kak Akbar.
"Serius kak?!" ucapku.
"Serius, Ril." Ucap kak Akbar
Anggota putra mendapatkan kamar diMess dengan kakak-kakak dari MTSN 1 Tangsel, satu kamar ditempati oleh 28 orang. Lagi-lagi ada yang melihatnya tetapi bukan kami melainkan dua anggota dari kakak MTSN 1 Tangsel yang pergi ke toilet.
"tok,,tok,, tok,,tok."
"Kenapa kalian ini?" tanya Kakak Pembina mereka.
"Kak!! Kami tidak jadi ke toilet. Ada hantu cewek di sana kak." ucap mereka.
"Kalian ini sudah SMP tetapi masih seperti anak kecil. Apa kalian tidak malu dengan Teman-teman lain? " Kata kakak Pembina itu.
Seperti biasa pukul 04.00 pagi aku sudah terbangun ku lihat semua orang masih tertidur karena semuanya mengobrol sampai pukul 03.00. Tak lama Kak Intan juga bangun ternyata dia tidak tidur semalam. Padahal yang bisa melihat hal-hal aneh sudah diperintahkan untuk tidur duluan dan ku lihat semalam Kak Intan sudah tidur. Aku terkejut saat dia bercerita kepadaku tentang semalam.
"Kak Jaiz sudah bangun" tanyaku.
"Sudah aril. Oh ya, semalam dia ke sini Aril." Ucap Kak Jaiz.
"Dia siapa kak?" tanyaku.
"Cewek yang kemarin itu." Jelas Kak Jaiz.
"Serius kak! kenapa cewek itu ke sini kak? Bukannya kak sudah tidur ya semalam?" tanyaku.
"Dia cuma melihat aja sepertinya ada yang dia cari, Kakak ga tidur semalam dan waktu dia datang Kakak tahu tetapi pura-pura tidur" jawab Kak Jaiz.
"Jam berapa kak? Apa waktu Kakak SMPN 1 sudah tidur?" tanyaku.
"Kakak ga lihat jam, yang pasti Kakak SMP 1 masih mengobrol namun mereka ga ada yang tahu kalau semalam dia datang." jelas Kak Jaiz.
"Tapi, kenapa dia ganggu kita selama di sini?" tanyaku.
"Itu karena dia marah tempat tinggalnya diganggu karena adanya perkemahan ini, lagi pula siang waktu menabur garam, lemparan terakhir oleh Kak Ihsan dilemparkan tepat ke arah dia. Kemudian, saat Kak Ihsan bermain senter tembak sehabis api unggun Kak Ihsan itu sengaja mengarahkan senter itu ke arahnya itu buat dia marah banget. Lalu saat di Aula Kak Ihsan diam dan wajahnya pucat itu karena dia diikuti oleh cewek itu dan cewek itu tepat berada di belakangnya." Jelas Kak Jaiz
"Berarti itu memang salah kita kak, karena Kak Ikhsan sudah mengusik ketenangannya." tanyaku.
"Ya, Aril. Tidak perlu beritahu anggota lain ya? karena dia tidak mau diketahui orang banyak." jawab Kak Jaiz
"Ya, kak." ucapku.
Tak terasa Sudah waktunya salat subuh, aku dan Kak Jaiz membangunkan semua anggota regu kami untuk salat subuh. Pagi hari, kami bersiap-siap pulang dan aku sangat mengingat detail sosok wanita yang diceritakan oleh Kak Jaiz waktu subuh. Setelah sarapan kami bermain-main dahulu dengan monyet yang ada di lokasi perkemahan. Pagi ini penuh dengan keceriaan. Lalu barulah kami pulang kembali ke MTS An-Nashin dengan selamat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H