Situasi kabut asap yang semakin memburuk di Kota Pekanbaru telah berdampak pada kehidupan sektor pendidikan.Â
Di sekolah-sekolah, pagi yang biasanya dimulai dengan aktivitas berkumpul dan berbaris di halaman sebelum masuk ke kelas, kini terpaksa ditiadakan. Kabut asap yang tebal membuat udara menjadi tidak sehat untuk kegiatan di luar ruangan.
Tidak hanya itu, kegiatan olahraga dan senam pagi yang biasanya menjadi bagian penting di sekolah  juga harus dialihkan ke dalam kelas.Â
Bukan hanya dampak fisik yang terkena imbasnya, tetapi juga dampak spiritual. Kegiatan imtaq oleh guru Pendidikan Agama Islam (PAI) yang biasanya digelar pada setiap Jum'at pagi, juga harus mengikuti aturan di kelas saja.Â
Ini menjadi tantangan bagi siswa dan guru dalam mempertahankan kekhidmatan dan makna dalam setiap kegiatan yang biasanya dilakukan di luar kelas yang kini beralih dalam nuansa yang berbeda.
selama seminggu ini itulah yang terjadi di sekolah kami. kami semua merasakan perlunya beradaptasi dan pentingnya fleksibilitas menghadapi perubahan ini.Â
WFH dan pembelajaran daring masih belum digulirkan
Kabar baik bahwa sekolah telah berhasil mengimplementasikan aturan baru terkait respon terhadap kabut asap dengan baik dan bertanggung jawab.Â
Prioritas utama adalah menjaga proses belajar mengajar agar tetap kondusif dan efektif, sambil tetap memastikan kesehatan siswa dan guru tetap terjaga.
Tidak adanya masalah kesehatan yang berarti yang dilaporkan oleh siswa dan guru selama seminggu ini. Namun, seperti yang telah disadari, situasi kabut asap dapat berubah dengan cepat, dan keamanan semua warga sekolah harus selalu menjadi prioritas utama.Â
Jika kabut asap semakin tebal dan berbahaya, kemungkinan untuk melanjutkan pembelajaran secara daring seperti yang dilakukan selama bencana asap di Riau pada tahun 2019 adalah langkah bijak dan perlu dipertimbangkan.
Pembelajaran daring yang nantinya mungkin harus ditempuh, tidak hanya sebagai alternatif tetapi juga sebagai respons untuk melindungi kesehatan siswa dan guru.Â