Anak sekolah yang pacaran di taman kota dianggap telah menggunakan privilese dengan tidak bijak sama sekali.
Privilese yang dimaksud seperti sikap orangtua yang mungkin sudah terlalu memberikan amanah atau kepercayaan kepada anak bahwa mereka tidak akan pergi ke mana-mana sepulang sekolah.
Pihak sekolah mungkin juga sudah memberikan edukasi kepada siswa tentang dampak negatif pacaran atau cinta monyet yang hanya akan mengganggu konsentrasi siswa untuk belajar.
Dalam hal ini memang dituntut kesadaran dan tanggung jawab dari siswa atau anak untuk membawakan diri menjadi pribadi yang baik. Meskipun tentu tidak semua anak memiliki kesadaran akan hal itu.
Lalu, ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar tindakan pacaran di taman kota di Pekanbaru ini tidak mengganggu kenyamanan.
1. Memaksimalkan fungsi parenting dan controlling dari orangtua
Yang paling utama dan yang pertama sekali tentu harus ada pengawasan dan ketegasan dari orangtua untuk menggembleng anak agar tidak terbawa arus globalisasi yang bisa berdampak buruk bagi perkembangan anak.
Anak memang tidak perlu "dikekang" tapi anak juga mesti diajarkan untuk menggunakan privilese dan memanfaatkan segala fasilitas yang diberikan orangtua untuk kemudahan mengakses hal yang bermanfaat dan positif bagi anak itu sendiri.
Orang tua memainkan peran penting dalam membimbing anak agar berperilaku yang sehat dan bertanggung jawab. Pihak sekolah musti melibatkan orangtua dalam program-program pengembangan karakter dan memberikan edukasi tentang pentingnya pendidikan karakter.
2. Sekolah menguatkan pendidikan karakter bagi siswa