Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Taman Kota di Pekanbaru: antara RTH dan Fenomena Pacaran Lost Control

15 Maret 2023   06:38 Diperbarui: 16 Maret 2023   06:40 2011
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Taman kota di Jalan Diponegoro, Pekanbaru yang menjadi lokasi favorit anak sekolahan untuk pacaran? (Foto: Akbar Pitopang)

Anak sekolah yang pacaran di taman kota dianggap telah menggunakan privilese dengan tidak bijak sama sekali.

Privilese yang dimaksud seperti sikap orangtua yang mungkin sudah terlalu memberikan amanah atau kepercayaan kepada anak bahwa mereka tidak akan pergi ke mana-mana sepulang sekolah.

Pihak sekolah mungkin juga sudah memberikan edukasi kepada siswa tentang dampak negatif pacaran atau cinta monyet yang hanya akan mengganggu konsentrasi siswa untuk belajar.

Dalam hal ini memang dituntut kesadaran dan tanggung jawab dari siswa atau anak untuk membawakan diri menjadi pribadi yang baik. Meskipun tentu tidak semua anak memiliki kesadaran akan hal itu.

Taman kota di Jalan Diponegoro, Pekanbaru yang menjadi lokasi favorit anak sekolahan untuk pacaran? (Foto: Akbar Pitopang)
Taman kota di Jalan Diponegoro, Pekanbaru yang menjadi lokasi favorit anak sekolahan untuk pacaran? (Foto: Akbar Pitopang)

Lalu, ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar tindakan pacaran di taman kota di Pekanbaru ini tidak mengganggu kenyamanan.

1. Memaksimalkan fungsi parenting dan controlling dari orangtua

Yang paling utama dan yang pertama sekali tentu harus ada pengawasan dan ketegasan dari orangtua untuk menggembleng anak agar tidak terbawa arus globalisasi yang bisa berdampak buruk bagi perkembangan anak.

Anak memang tidak perlu "dikekang" tapi anak juga mesti diajarkan untuk menggunakan privilese dan memanfaatkan segala fasilitas yang diberikan orangtua untuk kemudahan mengakses hal yang bermanfaat dan positif bagi anak itu sendiri.

Orang tua memainkan peran penting dalam membimbing anak agar berperilaku yang sehat dan bertanggung jawab. Pihak sekolah musti melibatkan orangtua dalam program-program pengembangan karakter dan memberikan edukasi tentang pentingnya pendidikan karakter.

2. Sekolah menguatkan pendidikan karakter bagi siswa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun