PR yang diberikan kepada peserta didik tidak hanya semata-mata dalam bentuk tugas yang jawabannya harus ditulis di buku tugas atau lembar kerja.
Melainkan bisa dalam bentuk pengerjaan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga guna meringankan tugas orang tua dirumah.
Peserta didik bisa membantu menyapu atau mengepel lantai, membersihkan halaman atau pekarangan, mencuci piring, mencuci atau menjemurkan pakaian, membantu ibu memasak serta berbagai pekerjaan rumah tangga lainnya.
Dengan cara seperti itu maka posisi PR pun bisa menjadi langkah tepat untuk pembentukan karakter siswa.
Di masa pandemi yang lalu padahal para guru sudah menempuh cara demikian dengan memberikan PR dalam bentuk penyelesaian pekerjaan rumah guna membantu tugas orang tuanya selama berada di rumah.
Maka hendaknya cara seperti itu dapat terus dimaksimalkan agar guru dapat selalu membangun budaya positif bagi peserta didik tidak hanya di sekolah namun juga ketika berada di rumah.
Di negara lain sudah banyak yang menerapkan pemberian PR bagi peserta didik dalam bentuk pengerjaan tugas-tugas atau pekerjaan rumah tangga.
4. Menjadikan PR berbasis proyek untuk mengasah skill dan passion peserta didik
Jika memang pemberian tugas dalam bentuk PR yang selama ini sudah menjadi budaya belajar bagi peserta didik saat berada di rumah akan ditiadakan, maka hendaklah tetap harus ada penggantinya.Â
Misalnya saja peserta didik diberikan tugas yang berhubungan dengan kehidupan sosial atau mengamati alam sekitar sesuai Kompetensi Dasar atau Tujuan Pembelajaran pada kurikulum sekolah.
Siswa bisa diarahkan untuk dapat melakukan unjuk kerja dengan cara dibagikan di media sosial, blog pribadi ataupun melalui Kompasiana (siswa SMA/SMK sudah memiliki ketertarikan dalam bidang blogging).