Nah dari sini dapat kita tarik sebuah argumen bahwa pekerjaan rumah harus dapat merangsang para siswa untuk aktif belajar baik secara individual maupun secara berkelompok.Â
Dalam pelaksanaan PR ini siswa dapat mengerjakan tugasnya tidak hanya di rumah, mungkin di perpustakaan, laboratorium, kebun percobaan dan sebagainya untuk dipertanggungjawabkan.
Intinya disana ada semangat proses belajar yang kontinyu karena belajar dapat dilakukan dimana saja dan dalam cara atau model pembelajaran yang beragam.
Kami rasa hampir semua guru yang ada di negeri ini tetap mendukung dan sepakat bahwa PR masih tetap diperlukan bagi peserta didik.
Di masa terkini sekaligus dengan diterapkannya kurikulum yang baru yakni Kurikulum Merdeka maka hendaknya para guru dapat mengevaluasi gaya mengajar hingga pemberian tugas atau PR secara terus-menerus dan penuh tanggung jawab.Â
Agar PR tidak menjadi sebuah momok yang harus dihindari oleh peserta didik. Maka di bawah ini ada beberapa hal yang perlu dicermati oleh para guru tentang sebuah pandangan visioner dan fungsional dalam memaknai pemberian PR bagi peserta didik.
1. Pentingnya memperhatikan kesiapan dan kesehatan mental peserta didik
Ketika guru hendak memberikan PR maka hendaklah guru selalu terlebih dahulu memperhatikan kondisi dan kesiapan mental seluruh peserta didiknya.Â
Kesiapan peserta didik ini dapat dicermati melalui gaya belajar dan motivasinya saat mengikuti pembelajaran di kelas.
Kesiapan peserta didik juga dipengaruhi dari tingkat kemampuan dan kompetensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik satu sama lainnya yang pasti berbeda dan kontras.
Hal tersebut dapat diketahui oleh guru misalnya melalui proses asesmen yang terstruktur dengan baik layaknya apa yang ditekankan pada kurikulum Merdeka saat ini.Â