"Hip, hip! Hore!!" Sekelompok anak muda(Yaitu teman satu kelas dan angkatanku) meneriakkan suara kemenangan sambil melempar tubuh anak-anak yang lain entah mereka itu siapa.Â
Memang babak penentuan tadi benar-benar tidak terduga. Siapa sangka bahwa sekolahku... Eh bukan ding, sekolah kami memenangkan lomba yang cukup panas nan sengit dengan hasil skor yang cukup memuaskan serta menyabet babak bonus dengan hasil yang luar biasa.
"Selamat ya anak-anakku." Kata Pak Kepala Sekolah memberikan ucapan di tengah-tengah riuhnya suasana gembira karena selain memenangkan lomba cerdas cermat, sekolah kami juga memenangkan perlombaan lain.Â
Perlahan-lahan suasana di sekitar Pak Kepala Sekolah menenangkan diri seraya mendengarkan sedikit info yang akan disampaikan oleh Kepala Sekolah ditengah-tengah pesta hura yang sedang berlangsung.
"Karena sekolah kita mendapatkan kemenangan berturut-turut dalam perlombaan cerdas cermat berikut perlombaan lainnya, maka saya selaku kepala sekolah beserta dewan dan para donatur berdasarkan hasil rapat yang dilakukan menghasilkan kesepakatan bagi satu angkatan untuk melakukan liburan yang berlangsung selama 2 hari 3 malam ke..."Â
Aku tidak begitu mendengarkan percakapan pak Kepala Sekolah karena aku mencoba untuk melihat dimana orang itu berada. Karena jujur persiapan hingga perlombaan tanpanya, terasa begitu hambar. Bahkan mungkin tidak akan mendapatkan hadiah sebagus ini untuk satu angkatan.
"Kamu dengar kan, Tom? Kita Liburan selama 2 hari 3 malam loh..." Kata Lely sambil mencoba untuk merangkulku, namun teman-teman yang lain(sepertinya teman perempuan bagiku) keburu menggotong badan Lely kemudian melempar badannya ke udara sambil berteriakÂ
"Kita Menang! Kita Menang! Hore! Hore! Hore(Hore!)..." sebagai tanda kebahagiaan karena mereka bisa merayakan liburan bersama. Aku hanya bisa tersenyum simpul sementara itu aku menemui teman-temanku yang dimana mereka tidak sabar ikut bersama-sama merayakan kemenangan tersebut, meskipun bagiku agak sedikit berlebihan.
****
"Aku bangga dengan apa yang kamu lakukan loh, Tom."
"Iya, Tante." Jawabku seadanya karena aku sembari merapikan juga mencabut rumput-rumput liar yang tumbuh di dekat tanaman hias maupun di tanaman lain yang menggangu pemandangan mata, sementara itu Mami Mira tengah menyiram tanaman dengan jarak beberapa meter serta saling beradu punggung terhadap satu sama lain.
"Eh, kok panggil tante sih? Panggil aku Mami dong... " Jawabnya sedikit genit sembari menyiram tanaman dengan kopi basi yang entah ia temukan darimana dan akupun juga tidak mau berpikir lebih jauh karena pikiranku saat ini tengah tertuju dengan apa yang ada dihadapanku, yaitu mencabut rumput yang lumayan tinggi dan terkadang beberapa akarnya masih tersisa.
Entah karena terlalu melelahkan sekaligus membosankan, aku berkata kepadanya "Bolehkah aku menggunakan... "
"Tidak boleh. Â Kamu ingat terakhir kali melakukan hal itu dan apa akibatnya kepada tetangga kita?" Jawabnya memotong kalimatku. Nada suaranya tidak lagi ramah dan bercanda seperti sebelumnya. Nada suaranya jadi sedikit serius dengan campuran agak sedikit kuatir, walaupun aku menduga lebih banyak kuatirnya ketimbang seriusnya.
"Tapi ini... " Aku belum selesai menyelesaikan kalimatku ketika secara spontan aku merasakan adanya jari telunjuknya dimulutku, padahal saat itu aku sedang mencabut rumput, namun entah bagaimana ceritanya mulutku tertutup rapat sementara itu ia masih asik menyiram tanaman.Â
Aku tidak berbicara banyak karena antara bingung dan ingin menyelesaikan kalimatku, pada akhirnya aku lebih memilih untuk membicarakan hal yang menurut Tante... Maksudku Mami Mira ingin sampaikan sebelum kembali telunjuknya mencapai depan bibirku.
"Ingat... Tidak semua bisa diselesaikan dengan hal tersebut. Lebih baik kamu mencoba membiasakan diri, ya?" Katanya seperti sales yang biasa kalian temui dimanapun kalian berada. Aku cuma bisa tersenyum dengan sedikit terpaksa, seperti seorang badut yang mencoba untuk tersenyum di depan cermin dengan menggunakan bantuan jarinya.
Seandainya saja aku bertemu dengan mereka... Lamunanku tidak lama karena tante...Maksudku Mami Mira bertanya kepadaku.
"Jadi rencana liburan bagaimana, sayang? Sudah dipersiapkan semua, kan?"Â
Kini beliau bersantai sejenak di sebuah bangku goyang, meskipun bagiku itu adalah ayunan kecil sambil membenarkan sedikit rambutnya yang sedikit kusut di antara rambut kepang dua, karena rambutnya yang lumayan panjang, lebih daripada sepinggul jadi ia membuat rambutnya dikepang dua, tidak lupa dengan bando dengan sesuatu yang bisa aku bilang mirip dengan antena. Aku tidak bertanya lebih jauh darimana atau bagaimana, karena aku sedikit segan juga masih sibuk dengan mencabut rumput ala kadarnya.
"Bentar, aku periksa terlebih dahulu..." Aku mengeluarkan sebuah benda kecil seukuran kartu pengenal yang biasa dibawa oleh orang-orang untuk memperkenalkan diri.Â
Dari situ muncul berbagai gambar yang cukup banyak. Mulai dari handuk, baju dan celana yang memiliki cara kerja dimana menurutku sedikit unik, yaitu dengan cara disemprotkan ke seluruh badan dengan sebuah benda seperti kaleng semprot dengan pilihan motif dan warna yang beraneka pilihan, sehingga baju ini bisa digunakan dengan cukup mudah dan praktis, serta beberapa obat-obatan yang cukup mudah kamu temui dalam kotak P3K.
Kemudian akupun menyadari bahwa masih ada yang kurang setelah aku periksa beberapa kali.
"Ternyata masih ada yang kurang nih Tan.." Aku melirik sedikit ke arahnya sebelum aku meralat kalimatku dan sesuai dugaanku, tampak ia tidak begitu senang dengan apa yang telah aku ucapkan, sehingga buru-buru aku meralatnya.
"Maksudku Mams. Aku pergi dulu ya..." Jawabku ke toko Idolmaret setelah sebelumnya tidak lupa aku bertanya dengan tante... Maksudku Mami Mira untuk meminta sedikit uang.
"Mams?" Dia ingin bertanya lebih jauh namun aku sudah keburu jalan terlalu jauh sebelum ia berhasil menanyakan maksudku.
=======
Sesampainya ditempat tujuan aku dilayani oleh wanita cantik yang mirip model idol yang aku idam-idamkan, Sabrina Alvinabehova.
"Selamat datang di Idolmaret. Selamat berbelanja~." Katanya dengan penuh keramahan dan sedikit suara khas dari tokoh idola yang aku idam-idamkan.
Aku segera bergegas mencari barang yang aku maksud. Aku sangat paham bahwa di masa kini toko seperti Idolmaret dan Alfa Izinmaret menjadi primadona di kalangan anak kecil, anak muda, orang dewasa, dan orang tua. Mereka datang dengan keperluan yang beraneka ragam, yaitu berbelanja ataupun cuma nongkrong di depan toko.Â
Sayangnya tidak semua toko tetap buka selama 24/7. Ada yang buka karena peraturan yang disepakati antara pemerintah dengan pemilik toko, namun tidak menyurutkan niat mereka yang datang untuk berbelanja atau sekedar nongkrong itu tadi maupun bagi beberapa gerai toko yang memang membuka toko selama 24/7.Â
Lalu mengenai pelayan toko yang memiliki wajah seperti artis atau tokoh masyarakat daring(online, red.), itu tidak lebih dikarenakan teknologi masa kini yang sebegitu canggihnya sehingga mereka bisa meniru bentuk wajah seperti artis-artis idola kesukaan mereka yang datang berbelanja maupun sekedar pinjam kamar mandi.Â
Mungkin ini sedikit menentang kebijakan pribadi setiap orang, namun ketika korporat bergerak, kalian bisa apa? Seperti itulah sekelumit informasi yang bisa aku berikan kepada kalian di toko yang sedang aku kunjungi saat ini, meskipun dugaanku adalah supaya mereka akan terus belanja dan tetap berbelanja sehingga mereka menjadi pelanggan setia di toko tersebut.
Akupun juga tidak luput dari teknologi AI yang mereka buat. Namun aku acuh saja dan tetap melanjutkan kegiatan berbelanja. Walaupun terkadang aku melihat beberapa orang melakukan tindakan protes di sebuah taman atau tempat-tempat yang dimana tempat tersebut memang diizinkan untuk melakukan tindakan protes atau juga sebuah protes dalam bentuk yang anggun seperti sebuah tembok dengan suara-suara protes tadi atau juga dengan sebuah karya seni seperti sebuah tulisan, gambar, atau hal lain semacamnya.
Setelah berbelanja dan sedikit memperhatikan bacaan-bacaan - sejenis idiom atau lelucon renyah - yang menarik dan menggelitik seperti "Baca banyak buku bikin kamu berpendidikan
Nyimenk bisa bikin kamu tinggi~
Jadi kalo kamu baca buku sambil nyimenk kamu bisa disebut sedang 'berpendidikan tinggi' ~ ", "Janganlah kamu menuntut Ilmu, karena ilmu tidak bersalah.", dan lain sejenisnya, aku mencoba untuk menyimpan serta mengubah idiom menggelitik tersebut menurutku sendiri sepanjang liburan agar liburan begitu menarik dan berwarna.
"Selamat datang di Idolmaret, selamat berbelanja~"
"Hai Tom."
"Eh, Lely. Belanja apaan nih?" Tanyaku ketika aku sedang memastikan beberapa barang yang aku beli ke dalam keranjang belanjaan.
"Mau tau aja apa mau tau banget?" Tanyanya balik, bikin aku sedikit keki.
"Cerita boleh, tidak cerita juga tak mengapa" kataku mencoba sedikit jual mahal, walaupun bagiku bukan jual mahal, tapi sedikit gengsi dan keki karena kalimat Lely membuatku sedikit kagok.
"Ya selain belanja untuk liburan nanti, rencananya juga mau belanja keperluan sehari-hari nih. Sayang tadi telat bangun, jadi orang-orang dirumah pada pergi semua sampai tubin(sekitar 4 hari, red)." Katanya sambil mengambil beberapa jenis sayuran seperti kubis, wortel, kacang panjang, daging ikan dengan sayur kol.
"Eh, Tom. Si Junghook juga jadi kasir disini?" Tanyanya dengan sedikit semangat, khas anak remaja kekinian.
"Junghook? Maksudmu Sab..." Aku menahan diri sejenak, lalu aku bertanya sedikit pelan pada Lely, "Lel, kamu sudah tahu kan didepan itu cuma pakai teknologi dengan sedikit rahasia dapur perusahaan?"
Reaksinya sungguh diluar dugaan, meskipun tidak begitu mengejutkanku. Ia berkata, "Bercanda kok. Tapi emang Junghook ganteng ya?"
"Bisa dibilang gitu." Jawabku agak sedikit malas sambil memeriksa ulang barang belanjaanku, agar aku tidak lagi bolak-balik mengurus perlengkapan untuk liburan yang menurutku merupakan sebuah kado tersendiri.
"Sekarang kamu sedang belanja keperluan dapur ya, Lel?" Tanyaku setelah ia memenuhi keranjang dengan berbagai bumbu-bumbu dan berbagai jenis sayur-mayur seperti terong, timun, pisang, lengkuas, jahe, kunyit, dan bumbu-bumbu dapur lainnya.
"Yups. Kan keluargaku sedang jalan-jalan." Tukasnya singkat. "Belum lagi ada Virus COYOT20 dimana-mana. Jadi sedikit Curcumin membantu untuk menghalau virus COYOT20." Jawabnya seolah-olah memberikan peragaan dalam iklan di kuis interaktif.Â
Ia kembali memeriksa jenis belanjaan setelah itu, namun aku bisa melihat dari sorot matanya ada sedikit cahaya yang aku anggap bahwa ia sedang memeriksa daftar belanjaan lewat lensa mata yang ia kenakan sedari tadi, namun aku tidak memperhatikan hal tersebut dikarenakan aku sendiri terlalu sibuk untuk mencari bahan yang aku perlukan saat liburan bersama teman-teman.
Aku tidak begitu memperhatikan Lely lebih lama karena mendadak saja Mami Mira menelponku dari ujung telingaku.
"Sudah semuanya?" Tanya Mami Mira disebelah sana. Sepertinya kini ia sedang menjahit baju.
"Yups. Terisi dengan lengkap tanpa kekurangan sesuatupun." Jawabku mantap.
"Jangan terlalu lama ya diluar. Ingat ketika..."
"Ok Tan...Mams." Segera aku menutup telponnya dari ujung telingaku, sebelum aku mendengar geraman kecil dari Tante...Maksudku Mami Mira.
Tanpa berlama-lama lagi, setelah memeriksa kelengkapan barang belanjaan beserta beberapa barang tambahan lain, aku bergegas melangkahkan kaki menuju kasir karena langit terlihat tidak begitu bersahabat bagi beberapa orang-orang yang kerjanya diluar selama beberapa jam hingga mengorbankan dirinya sendiri namun gaji kurang sebanding, sudah begitu berbagai jenis pajak juga diterapkan kepada mereka
"Totalnya jadi..." Aku segera mengambil sejumlah uang yang ia minta dan kemudian menunggu Lely menyelesaikan belanjaannya untuk kemudian aku menemani Lely pulang bareng.
***
"Hei, Lia" Kataku ketika Lia terlihat dari jauh. Lia sepertinya sedang membawa atau menunggu sesuatu, namun aku kurang begitu memperhatikan apa yang ia lakukan.
"Hai juga, Tomi dan Lely" Jawab Lia ketika ia menyadari keberadaan kami.
Aku menyadari bahwa ia sekarang mengenakan sebuah aksesoris yang berbeda pada biasanya pada sekitar rambutnya.
"Li... Bukannya bermaksud lancang atau bagaimana...
Itu bukannya~"
"Iya. Ini keris." Jawabnya kepadaku. Biasanya ia mengenakan sajam khas negeri sakura disebelah kiri, namun entah kenapa kini ia mengenakan aksesoris berupa keris mini.
"Kenapa?" Tanya Lely.
"Karena... Kebetulan aku ini adalah semacam trendsetter" Jawabnya sambil memukul dirinya sendiri, laiknya kingkong yang menyombongkan diri.
"Trendsetter?" Tanya Lely. Nadanya berubah jadi sedikit curiga dan seperti mengetahui ada yang tidak beres.
"Idih... Dibilangin malah curiga." Kata Lia. Namun aku juga menyadari bahwa ada yang tidak beres.
"Bukannya apa nih...
Tapi kata-kata Lely ada benarnya." Kataku berusaha menjawab sekaligus mempertegas maksud Lely.
Lia sedikit menghela nafas. Ia berkata "Karena ada seseorang yang meniru gayaku. Mana sama persis pula ciri khasnya denganku. Jadi, daripada kuatir terkena salinan kiri, aku ganti saja sekalian ciri khasku yang bagus nan..."
Sebelum aku berbincang lebih jauh bersama Lely dan Lia, dari ujung mataku ada sesosok makhluk yang sepertinya sedikit asing bagiku. Ia mengenakan sebuah kalung emas, kacamata hitam, sebuah topi, baju yang sedikit menarik namun aku sedikit sulit untuk mengenali lebih jauh, dan sepertinya ia tidak menjejakkan kaki ke tanah, seperti manusia pada umumnya.Â
Menurut dugaanku itu seperti hantu ataupun Jin, entahlah. Jaraknya denganku terhitung lumayan jauh, sekitar dua sampai tiga blok dari beberapa bangunan tepat dimana kami tengah berbincang.
***
"Kukukuku... Ternyata ia selama ini memiliki anak, namun ia tidak pernah mengumumkan kepada siapapun. Bahkan kepada mereka sekalipun." Kekeh makhluk yang dilihat oleh Tomi namun kini ia berada tepat diatas mereka.
"Baiklah. Waktunya untuk menunjukkan kepada betina tersebut. Kukukukukuku..." Dalam beberapa kedipan mata berikutnya, ia melayang menuju awan yang hitam pekat dan kemudian menghilang di balik awan tersebut.
Bersambung...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H