Mohon tunggu...
Aji NajiullahThaib
Aji NajiullahThaib Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Seni

Hanya seorang kakek yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Mata untuk Aini | Mengasah Kemampuan

25 Januari 2020   07:13 Diperbarui: 25 Januari 2020   07:11 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari apa yang dikatakan Bimo itu aku bisa menangkap kesan, bahwa dia ingin mengatakan padaku, setiap orang tidak tahu apa yang menjadi kelebihannya kalau dia tidak menemukannya.

Untuk menemukan kelebihan yang dimiliki, itulah perlunya menggali potensi dan mengasah potensi yang dimiliki.

Begitu juga tuna netra yang ngamen tersebut, tidak tiba-tiba suaranya bagus, pastinya dia terus melatih dirinya agar suaranya menjadi bagus dan enak didengar orang lain, sehingga orang akan tersentuh saat mendengar suaranya.

Begitulah kira-kira yang dikatakan Bimo saat memotivasi aku untuk terus mengasah kemampuanku saat itu.

Orang boleh punya bakat segudang, tapi kalau satu saja tidak ditekuni, maka tidak akan bermanfaat apa-apa. Bakat tersebut tidak ada arti bagi dirinya sendiri.

Kalau sudah tidak bermanfaat bagi diri sendiri, bagaimana mau memberi manfaat bagi orang lain. Padahal, sebaik-baiknya manusia adalah yang mampu memberikan manfaat, baik bagi dirinya sendiri, maupun bagi orang banyak.

Saat aku menulis ini, hari ini adalah minggu kedua setelah kepergian Bimo untuk selamanya. Entahlah aku selalu mengenang kebaikannya, dengan begitu aku berharap Tuhan mengampuni semua dosanya, dan menerima semua amal kebaikannya.

Kornea mata Bimo yang di transplantasikan kepadaku akan aku gunakan untuk melihat dan mengenang segala kebaikannya, yang harus aku teladani, agar amalnya dialam sana terus bertambah. Itulah cara terbaik untuk membalas segala kebaikannya.

Bisa dibayangkan seperti apa amal kebaikannya, semasa hiidupnya dia menjadi mata bagiku, setelah wafat, kornea matanya dititipkan kepadaku agar aku bisa melihat dunia. Bimo adalah mata yang senantiasa hidup yang mendampingiku.

Kalau pun aku tidak bisa bersanding dengannya di dunia, semoga Tuhan menyandingkan aku dengannya di Surga. Kalau pun sekarang aku masih hidup, itu tidak lebih menyambung pengabdiannya kepada Tuhan, dengan kornea mata yang dititipkan kepadaku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun