Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Administrasi - Mamanya Toby & Orlee

Pekerja yang nggak punya kerjaan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Ibu dan Reuni-reuninya

22 Desember 2019   19:01 Diperbarui: 22 Desember 2019   19:06 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bu, aku lagi ngomong. Ibu bisa nggak taruh hp-nya dulu? Atau besok hp-nya aku jual lagi aja? Gitu?"

Ibu mulai meletakkan ponselnya. Tapi ada yang mengalir dari pelupuk matanya. Kemudian ibu mengangkat wajahnya, memandang wajah Janita dengan mata merah menahan tangis.

"Sudah selesai bicaranya?" ibu balik bertanya.

Janita mendadak tercekat melihat tatapan mata ibu.

"Selama ini, selama kita hanya tinggal berdua tanpa ayahmu, apa kau punya waktu untuk mendengar ibu? Selama kita hanya tinggal berdua tanpa ayahmu, apa kau mengerti seberapa sering ibu merasa kesepian saat kamu pergi dengan teman-temanmu lalu pulang larut malam?"

Janita mulai berkaca-kaca. Lidahnya kelu.

"Apa kau tahu rasanya jadi ibu yang setiap malam dihantui perasaan sakit mengingat perselingkuhan yang ayahmu lakukan? Apa kau tahu rasanya tidak ingin masak tapi anak satu-satunya minta dibuatkan makanan? Apa kau tahu rasanya sakit sementara anakmu juga sakit dan kau harus mengalah untuk itu? Janita, ibu pun manusia. Ibu perlu teman cerita, ibu perlu teman berdiskusi. Ibu perlu hiburan untuk melupakan luka hati pada ayahmu. Dan kau dimana saat ibu merasa seperti itu? Reuni yang ibu datangi Cuma untuk melepaskan beban ibu selama ini. ibu merasa dianggap ada. Ibu merasa ibu dipedulikan."

Air mata Janita seketika tumpah mendengarkan kalimat-kalimat ibu yang seakan menusuk jantungnya. Ya, dia baru menyadari bahwa dirinya memang terlalu sibuk dengan dirinya sendiri. Dia lupa bahwa ibu juga butuh teman bicara.

"Mulanya ibu berpikir, kau membelikan hp ini agar komunikasi kita bisa lebih baik. Saat kau di kantor kau bisa menanyakan apa yang sedang ibu lakukan di rumah atau ibu mau dibawakan apa untuk makan malam. Tapi kau hanya menghubungi ibu untuk meminta tolong ini dan itu. Atau hanya memberitahukan bahwa kau akan pulang cepat atau larut malam. Coba kau baca lagi pesan-pesan yang ibu kirimkan padamu di awal-awal ibu memiliki hp ini. Apakah kau membalas pesan ibu dengan pantas? Hanya iya, nggak, iya, nggak. Hanya itu, Janita."

Janita bangun dari duduknya, menghambur ke arah ibu, memeluknya erat.

"Maafkan aku, bu. Harusnya aku nggak seegois ini. Aku memang nggak tahu diri, bu. Aku nggak pernah mau tahu keadaan ibu. Maafin aku, bu. Maafin aku."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun