Pagi itu seperti biasanya Agus bangun jam empat dan bersegera mandi, lalu pergi ke masjid untuk menunaikan ibadah salat subuh. Letak masjid sebetulnya tidak terlalu jauh dari rumahnya, paling juga kira-kira 500 m. Namun, karena Agus kesulitan berjalan cepat, maka dia selalu pergi ke masjid terlebih dulu dari teman-temannya. Sambil menenteng sarung dia menyenandungkan puji-pujian dan selawat nabi. Tak terasa sampailah di masjid yang ternyata sudah banyak teman-temannya.
"Hey Agus, kamu baru datang?" tanya Asep.
"Iya Sep, tadi aku berangkat ke masjid sambil menikmati udara seger pagi ini," jawab Agus.
"Kamu jam berapa ke masjid Sep? Tumben lebih pagi?" tanya Agus.
"Iya Gus, tadi kebetulan aku berangkat bareng sama bapakku," jawab Asep.
"Eh Gus, kamu hari ini mau sekolah enggak?" tanya Asep.
"Iya Sep, aku pasti ke sekolah, emang kenapa?" tanya Agus.
"Aku nitip surat ya, hari ini enggak akan masuk sekolah soalnya mau nganter ibu ke rumah sakit," jawab Asep.
"Ibumu sakit apa Sep?" tanya Agus penasaran, karena kemarin pas pulang sekolah Agus berpapasan dengan ibunya Asep.
"Jatuh kemarin sore di pematang sawah saat mengusir burung-burung," jawab Asep lagi.
"Oh gitu Sep, ya udah boleh deh kamu titip surat buat kelas kamu entar aku sampaikan ya," jawab Agus sambil tak lupa dia bersyukur karena Allah sudah melimpahkan kesehatan kepada ayah dan ibunya. Tak terbayang oleh dia kalau ayah atau ibunya sakit, bagaimana dia bisa pergi ke sekolah. Dari rumah Agus ke sekolah memang agak jauh sekitar 10 km. Dan yang jadi permasalahan adalah karena di daerah Agus tak dilalui angkutan umum, baik mobil ataupun motor. Dia pun tak mungkin ikut dengan orang lain karena takut merepotkan.