"Enggak apa-apa Om, kan Agus emang suka manja-manja gaje," kata Hani ngebecandain Agus dan ayahnya.
"Ok deh, kalau enggak malu," kata ayahnya sambil enggak yakin dan merasa aneh dengan keinginan anaknya. Tetapi kebingungannya itu dia tahan aja. Dia akan bertanya hal itu nanti di rumah kepada anaknya. Ayahnya menggendong Agus sampai gerbang dan naik ke motor dibantu satpam. Satpam yang mengenali Agus tertawa-tawa. Dia aneh dengan kelucuan Agus yang minta digendong di depan teman-temannya.
Sampai di rumah, Agus masih digendong sampai kursi dan istirahat di situ. Ayah dan ibunya heran dengan perilaku anak tunggalnya ini.
"Bu, kenapa ya anak kita hari ini?" tanya ayahnya.
"Iya yah, kenapa ya?" ibunya balik nanya.
"Tadi kata temannya anak kita sakit, tapi pas ayah pegang kepala dan badannya tak nampak panas Bu," kata ayahnya.
"Mungkin lagi manja aja Pak," kata ibunya.
Sambil duduk di kursi Agus tersenyum karena sudah bisa mengelabui ayahnya tentang rasa sakit di kakinya itu. Dia mau pura-pura manja aja supaya ayah dan ibunya tidak khawatir. Dia membaca beberapa buku lagi setelah makan siang dan ganti pakaian. Dan tepat minggu kedua dia sudah menyelesaikan tiga buku yaitu RA Kartini, Bumi, dan Ki Hajar Dewantara. Dia lalu mengisikannya ke dalam jurnal baca. Dia ingin pas minggu ketiga saat berkumpul dengan bu Gina dan teman-temannya sudah bisa menceritakan review dari buku yang dia baca. Dia sudah merencanakan teknik review yang akan dia buat di bulan pertama yaitu teknik fish bone. Dan sudah membayangkan warna tulang ikannya.
Sampai magrib, Agus masih asyik mengisi jurnal bacanya.
"Nak sudah magrib!" kata ibunya mengingatkan Agus yang biasanya salat magrib di masjid.
"Iya Bu, tapi hari ini aku salat magrib di rumah aja ah, boleh ya, agak cape nih," kata Agus menjawab ibunya.