Selesai salat subuh Agus dan Asep kembali ke rumahnya masing-masing yang berlawanan arah. Agus rumahnya di sebelah barat sedangkan Asep ke sebelah timur. Dan mereka janjian bahwa jam enam akan ketemuan di pertigaan untuk menitipkan surat izin dari Asep untuk wali kelasnya.
Sampai di rumah ternyata ibu sudah menyiapkan sarapan pagi untuk Agus dan Ayahnya. Pagi itu, ibu membuat sarapan nasi goreng dan telor mata sapi kesukaan ayahnya dan Agus.
"Wah ... ibu hebat, pulang dari masjid sarapan sudah jadi," kata Agus.
"Iya Nak, sana sarapan dulu bareng ayah," kata ibunya.
"Ayah di mana Bu? Tadi aku enggak bareng pulang dari masjid," kata Agus.
"Ada tuh di belakang," kata ibunya. Agus pergi ke belakang mau memanggil ayahnya dan mengajak sarapan. Ternyata ayahnya sedang memberi makan ayam kesayangannya. Ayah Agus adalah seorang wiraswastawan, jadi di sela-sela kegiatannya berwiraswasta beliau juga memelihara ternak ayam, bebek, dan ikan di kolam.
"Yah , ayah yuk sarapan dulu," kata Agus.
"Iya Nak, sebentar ya ... ini tanggung lagi ngasih makan si Burik," kata ayahnya. "Kamu duluan aja biar nanti kalau ayah selesai ngasih makan si Burik udah selesai."
"Iya Yah," kata Agus sambil balik kanan menuju ruang makan. Dia langsung menyuapkan nasi goreng kesukaannya dengan lahap. Setelah selesai langsung minum. Ibunya memang paling pinter menyiapkan sarapan untuk Agus. Setiap hari selalu divariasikan dan tidak membuat Agus bosan.
Tepat jam 06.00 Agus berangkat ke sekolah diantar ayahnya menggunakan motor. Dia menempuh jalan yang di pinggirannya pematang sawah. Kalau lagi musim panen semua cantik keemasan dan kalau setengah padi, maka akan terlihat hijau menyejukkan mata. Dan itu sangat dinikmati Agus dengan tak lupa bersyukur.
"Yah, boleh enggak aku minta dibeliin novel?" tanya Agus.