Sebelum menjawab, gadis kecil itu menatap ibunya yang ada di ruang dapur dan ibunya membalas tatapan itu dengan senyuman menenangkan. Sejenak kemudian suara centilnya keluar dengan lancar saat bercerita.
Tadi di dalam kelas, Adik sedang mengikuti pelajaran, semua teman-teman sudah ditanya oleh pak guru, terus pada gilirannya sampai juga ke adik, Pak guru mendekat ke tempat duduk adik, lalu adik ditanya sama Pak guru begini: 'Software anak yang rajin, tentunya rajin juga sholat dan mengaji?' Terus adik jawab.
"Aku tidak sholat dan mengaji, Pak."
Wajah Pak guru itu mendadak berubah, kedua alisnya saling mendekat, lalu Pak guru tanya lagi. "Apa Bapak dan Ibumu tidak marah! kalau kamu tidak sholat dan mengaji?"
"Bapak dan Ibu saya tidak pernah memaksa saya untuk sholat dan mengaji, jadi mereka tidak pernah marah kalau Software tidak sholat dan mengaji."
Selesai adik menjawab pertanyaan itu, Pak guru menunduk dan menatap mata adik dengan sorot tajam, adik jadi takut tapi adik tetap menjawab, saat Pak guru tanya lagi. "Lalu apa agama ayah dan ibu kamu?"
"Bapak dan Ibuku tak punya agama, Pak."
Dengan sikap badan berdiri tegak serta tekanan ucapan suara yang lebih tegas dan keras, Pak guru bertanya lagi. "Berarti kamu! bapakmu! dan ibumu telah murtad!"
Adik bingung dan mengerti dengan pernyataan pak guru. Spontan adik bertanya balik ke Pak guru. "Murtad itu apa, Pak? Software tidak mengerti."
Belum sempat pak guru menjawab pertanyaan adik, Pak guru itu berjalan kembali ke depan membelakangi adik, sampai di depan dia balik badan dan menghadap ke semua teman-teman adik, lantas Pak guru berkata.
"Anak-anak kita sedang belajar agama, namun ada salah satu di antara kita yang tidak beragama, dia teman kalian sendiri namanya Software, karena dia sudah mengaku tidak beragama, maka dia tidak pantas berada di dalam kelas ini. Kepada Software diharapkan untuk meninggalkan kelas ini."