Mohon tunggu...
Ahmad Muayyad
Ahmad Muayyad Mohon Tunggu... -

Masih pelajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dua Pasang Makhluk Tuhan

10 Juni 2016   09:34 Diperbarui: 10 Juni 2016   09:45 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Lhoh, kok sepatunya di taruh situ, Min?”

“Takut hilang, Bu.”

Kami ini selalu bersama, meskipun kami berbeda. Harus selalu bersama. Tak boleh dipisahkan. Bisa kacau nanti jadinya. Kacau. Kami bisa tak laku dijual di pasar jika tak bersama. Kami bisa dibuang ke tempat sampah. Intinya, jika kami tak bersama, tak ada yang mau sama kami. Titik.

“Aku dan kau ini kan saling melengkapi. Kau di sebelah kiri. Aku di sebelah kanan.”

Yang aku heran. Kenapa masih banyak yang tak bisa menghargai perbedaan ya?. Kami ini jelas berbeda lhoh. Aku di sebelah kanan. Harus. Kau di sebelah kiri. Juga harus. Tapi kami bisa saling melengkapi.

Aku tahu, Mimin begitu menyangi kami. Sudah dua tahun ini, aku hidup bersama keluarga barunya. “Rukun sekali ya keluarga mereka,” katamu saat melihat mereka saling suap saat makan.

“Iya ya.”

“Kita juga bisa rukun seperti itu kan, yang?”

“Oh. Tentu dong.”

“Kita ini kemana-mana selalu bersama. Pasti kita malah lebih dari mereka dong.”

Kau terkekeh mendengar jawabanku tadi. Lantas tersenyum memeluk erat tubuhku. “Ah, hangatnya...”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun