"Hush, jangan keras-keras, Bang! Ntar calon mantu aye dengar. Aye kan malu. Sabar dulu napa, Bang," rayu Fatimah sambil mengelus-elus lengan Haji Goni.
"Hush! Hush! Bukan mahram!"
Haji Goni refleks menepis tangan Fatimah.
"Bulan depan aye kan mantu. Abang tunggu sampai bulan depan, ya! Kepala aye masih pusing ngurusin pernikahannya Rika," kata Fatimah memelas.
"Oke, gue tunggu bulan depan. Kurang sabar apa coba?"
"Sabar, Abang orangnya sabar banget. Kagak ada duanya."
Fatimah mengangkat dua jempol tangan untuk mendukung ucapannya.
Haji Goni tersenyum lebar mendengar pujian Fatimah.
Kepala Haji Goni menoleh ke arah derap kaki yang melaju kencang ke arahnya.
"Eh, eh, mau lari ke mana elu?" teriak Haji Goni begitu melihat laki-laki yang hanya mengenakan kaus oblong dan sarung. Tangannya mengacung ke arah laki-laki itu. Haji Goni berlari mengejar, meski napasnya senin kamis.
"Kejar terus, Bang. Jangan sampai lepas!" provokasi Fatimah.