Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Asa Demokrasi Paripurna Lewat Reformasi Pilkada

19 November 2024   18:09 Diperbarui: 19 November 2024   18:09 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi TPS. (KOMPAS/ASWIN RIZAL HARAHAP) 

Kita tidak bisa terus-menerus melakukan penyesuaian kecil tanpa melihat gambaran besar. 

Reformasi harus fokus pada pengurangan biaya kampanye dan peningkatan akuntabilitas di semua tingkat pemerintahan. 

Dengan demikian, kita dapat menciptakan sistem pemilu yang lebih transparan dan akuntabel.

Kesimpulan

Reformasi pilkada adalah kebutuhan mendesak untuk memastikan masa depan demokrasi Indonesia yang lebih baik. 

Kita harus berani mengambil langkah-langkah konkret untuk menghentikan praktik korupsi dan jual-beli suara yang merusak kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. 

Mari kita dukung upaya reformasi ini dengan harapan bahwa suatu hari nanti, pilkada akan kembali menjadi ajang bagi rakyat untuk memilih pemimpin berdasarkan integritas dan visi mereka, bukan sekadar daya beli.

Dengan demikian, saatnya bagi kita semua untuk merenungkan peran kita dalam mendukung perubahan ini. 

Apakah kita akan terus membiarkan praktik-praktik buruk ini berlangsung? Atau akankah kita bersatu untuk mendorong reformasi demi masa depan bangsa?

***

Referensi:

  • Berenschot, W. (2024). Pilkada harus direformasi. Kompas.
  • Aspinall, E., & Berenschot, W. (2024). Evaluating electoral reforms and its consequences in Indonesia: An overview. Universitas Airlangga.
  • Reilly, B. (2024). Asia Pacific model: Electoral reform in the region. Crawford School of Public Policy, Australian National University.
  • Pew Research Center. (2024). Electoral reform and direct democracy: Global perspectives.
  • Oxford University Press. (2024). Democracy for sale: Understanding electoral corruption in Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun