Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Tips Digital Marketing dan AI.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hak Baca Anak Indonesia yang Terhalang Jarak dan Infrastruktur

28 Oktober 2024   17:38 Diperbarui: 28 Oktober 2024   17:49 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru mendampingi siswa membaca di perpustakaan sekolah (KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU) 

Di Indonesia, hak baca anak-anak masih menjadi tantangan besar, terutama di daerah-daerah terpencil. 

Meski berbagai upaya seperti perpustakaan keliling dan program literasi sudah dilaksanakan, perlu diakui bahwa banyak anak masih belum mendapatkan akses penuh terhadap hak baca yang layak. 

Hak baca bukan sekadar kemampuan mengenal huruf; ini juga tentang akses ke buku berkualitas, ruang baca yang nyaman, dan lingkungan yang mendukung perkembangan literasi mereka. 

Tantangan yang dihadapi bukan hanya soal infrastruktur, tetapi juga bagaimana kita membentuk lingkungan yang menghargai pentingnya membaca.

Tantangan di Daerah Terpencil

Berbicara tentang daerah terpencil, kita tidak bisa lepas dari kenyataan sulitnya infrastruktur di sana. 

Berdasarkan data dari Yayasan Bangun Kecerdasan Bangsa (YBKB) dan Hoshizora Foundation, anak-anak di daerah terpencil menghadapi tantangan besar, seperti kurangnya fasilitas pendidikan, minimnya buku berkualitas, dan ketidakmampuan guru untuk memenuhi standar kompetensi karena terbatasnya pelatihan yang mereka terima. 

Kondisi geografis memperparah situasi ini, karena banyak wilayah berada di pulau kecil atau pegunungan, membuat distribusi bahan ajar menjadi rumit. Tantangan ini memerlukan perhatian lebih dari pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta .

Dampak dari kurangnya akses baca ini tidaklah sepele. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), kurangnya akses terhadap bahan bacaan berdampak langsung pada kemampuan berpikir kritis dan perkembangan intelektual anak-anak. 

Anak-anak yang tidak terbiasa membaca akan tertinggal dalam kemampuan berpikir analitis, yang membawa konsekuensi jangka panjang pada perkembangan kognitif mereka. 

Literasi yang minim membuat anak-anak tidak mampu menginterpretasi informasi dengan baik, dan akibatnya, mereka tidak memiliki keterampilan yang diperlukan untuk berkompetisi di dunia modern yang semakin menuntut.

Dampak pada Perkembangan Anak

Ada pepatah lama yang berkata, "Buku adalah jendela dunia." 

Namun, bagaimana jika jendela itu tertutup rapat bagi banyak anak Indonesia? Berdasarkan penelitian dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud), literasi adalah kunci untuk membuka potensi anak-anak. 

Literasi bukan hanya tentang bisa membaca, tetapi juga tentang bagaimana anak-anak dapat memahami dan mengapresiasi informasi secara kritis. 

Sayangnya, di Indonesia, literasi sering kali dipahami secara sempit, hanya sekadar membaca buku selama beberapa menit sebelum memulai pelajaran. Akibatnya, siswa kita sering kali hanya belajar untuk membaca (learning to read), bukan membaca untuk belajar (reading to learn).

Lebih jauh lagi, dalam studi yang dilakukan oleh Tanoto Foundation, Ivan Lanin menyebutkan bahwa literasi di era sekarang mencakup lebih dari sekadar calistung (membaca, menulis, dan berhitung). 

Literasi mencakup kemampuan memahami, menilai, dan bahkan menghasilkan informasi baru, terutama di tengah perkembangan teknologi digital saat ini. 

Dengan kata lain, kurangnya akses baca akan membuat generasi muda kita tertinggal, tidak hanya secara akademis tetapi juga dalam kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan perubahan zaman yang semakin cepat.

Kolaborasi adalah Kunci

Bagaimana kita mengatasi masalah ini? Jawabannya terletak pada kolaborasi lintas sektor. 

Pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat harus bergandeng tangan. 

Dalam laporan dari Readmore.id, kolaborasi ini sangat penting untuk menciptakan kesempatan bagi semua pihak berkontribusi dalam meningkatkan akses baca. 

Pemerintah dapat meningkatkan fasilitas dasar seperti perpustakaan dan ruang baca, sementara sektor swasta dapat berperan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) untuk menyumbangkan buku atau menyediakan ruang baca. 

Komunitas lokal juga memainkan peran penting, misalnya melalui inisiatif Kampung Literasi yang menyediakan pojok baca bagi warga setempat.

Namun, kolaborasi ini tidak cukup hanya dalam bentuk material. Kita juga memerlukan perubahan dalam cara pandang masyarakat terhadap membaca. 

Mengembangkan minat baca di rumah, misalnya, adalah langkah kecil namun sangat berpengaruh. 

Orang tua harus menjadi teladan dengan menunjukkan kebiasaan membaca, sehingga anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang menghargai pentingnya membaca.

Investasi dalam Generasi Masa Depan

Jika kita berhasil membangun budaya literasi yang kuat, dampak jangka panjangnya akan sangat signifikan bagi generasi muda kita. 

Literasi yang baik akan memungkinkan anak-anak kita berkembang dalam berbagai keterampilan penting—analisis, komunikasi, kreativitas, dan kolaborasi. 

World Economic Forum bahkan menyoroti pentingnya keterampilan 4C (Critical thinking, Creativity, Communication, Collaboration) dalam menghadapi era digital saat ini. 

Untuk memastikan generasi muda berdaya saing, mereka harus memiliki keterampilan literasi yang mencakup analisis, komunikasi, kreativitas, dan kolaborasi.

Berdasarkan data dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Badan Bahasa Kemendikbud), gerakan literasi yang efektif dapat membentuk generasi muda yang lebih siap menghadapi tantangan global, baik dalam konteks pendidikan, ekonomi, maupun sosial. 

Anak-anak yang literat tidak hanya akan mampu mengakses informasi, tetapi juga memanfaatkannya untuk kepentingan yang lebih besar, termasuk dalam hal inovasi dan peningkatan kualitas hidup mereka sendiri dan komunitasnya.

Kesimpulan

Pada akhirnya, hak baca bagi anak-anak Indonesia, terutama di daerah terpencil, adalah hak fundamental yang perlu diperjuangkan oleh semua pihak. 

Tantangannya memang besar, mulai dari infrastruktur yang kurang memadai hingga kesenjangan sosial yang memperparah situasi. 

Namun, dengan kolaborasi yang baik antara pemerintah, komunitas, dan sektor swasta, serta perubahan pola pikir di tingkat keluarga dan masyarakat, kita bisa membuka jendela dunia bagi semua anak di negeri ini. 

Inilah investasi kita dalam generasi masa depan—generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga kritis, kreatif, dan berdaya saing.

***

Referensi:

  • Hoshizora Foundation. (n.d.). Pendidikan berkualitas di daerah terpencil: Bagaimana tantangan dan solusinya.
  • Yayasan Bangun Kecerdasan Bangsa (YBKB). (n.d.). Literasi di daerah terpencil Indonesia.
  • Universitas Pendidikan Indonesia. (n.d.). Mengembangkan minat baca siswa sejak dini: Kunci sukses pendidikan berkelanjutan.
  • Inspektorat Jenderal Kemendikbud. (n.d.). Mengembangkan minat baca siswa sejak dini: Kunci sukses pendidikan berkelanjutan.
  • ResearchGate. (2021). Peran literasi dalam pengembangan kemampuan berpikir kritis.
  • Perpustakaan Nasional Indonesia. (n.d.). Gerakan Indonesia membaca.
  • Yayasan Bangun Kecerdasan Bangsa (YBKB). (n.d.). Gerakan literasi nasional: Mengapa penting?
  • Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. (n.d.). Gerakan literasi masyarakat dalam perkembangannya.
  • Kompas. (2023, June 15). 7 strategi meningkatkan minat baca.
  • Readmore.id. (n.d.). Kolaborasi pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat.
  • Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud. (n.d.). Menumbuhkan gerakan literasi di sekolah.
  • Tanoto Foundation. (n.d.). Indonesia darurat literasi: Bagaimana cara mengatasinya?
  • Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2023, March). Mendikbudristek ajak media tingkatkan literasi generasi muda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun