Namun, kolaborasi ini tidak cukup hanya dalam bentuk material. Kita juga memerlukan perubahan dalam cara pandang masyarakat terhadap membaca.Â
Mengembangkan minat baca di rumah, misalnya, adalah langkah kecil namun sangat berpengaruh.Â
Orang tua harus menjadi teladan dengan menunjukkan kebiasaan membaca, sehingga anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang menghargai pentingnya membaca.
Investasi dalam Generasi Masa Depan
Jika kita berhasil membangun budaya literasi yang kuat, dampak jangka panjangnya akan sangat signifikan bagi generasi muda kita.Â
Literasi yang baik akan memungkinkan anak-anak kita berkembang dalam berbagai keterampilan penting—analisis, komunikasi, kreativitas, dan kolaborasi.Â
World Economic Forum bahkan menyoroti pentingnya keterampilan 4C (Critical thinking, Creativity, Communication, Collaboration) dalam menghadapi era digital saat ini.Â
Untuk memastikan generasi muda berdaya saing, mereka harus memiliki keterampilan literasi yang mencakup analisis, komunikasi, kreativitas, dan kolaborasi.
Berdasarkan data dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Badan Bahasa Kemendikbud), gerakan literasi yang efektif dapat membentuk generasi muda yang lebih siap menghadapi tantangan global, baik dalam konteks pendidikan, ekonomi, maupun sosial.Â
Anak-anak yang literat tidak hanya akan mampu mengakses informasi, tetapi juga memanfaatkannya untuk kepentingan yang lebih besar, termasuk dalam hal inovasi dan peningkatan kualitas hidup mereka sendiri dan komunitasnya.
Kesimpulan
Pada akhirnya, hak baca bagi anak-anak Indonesia, terutama di daerah terpencil, adalah hak fundamental yang perlu diperjuangkan oleh semua pihak.Â
Tantangannya memang besar, mulai dari infrastruktur yang kurang memadai hingga kesenjangan sosial yang memperparah situasi.Â