Mohon tunggu...
Mustofa Ludfi
Mustofa Ludfi Mohon Tunggu... Lainnya - Kuli Tinta

Bapak-bapak Beranak Satu :)

Selanjutnya

Tutup

Roman

Siluet-Buku I (Tuhan Maha Pemberi Kejutan)-10

2 September 2024   20:57 Diperbarui: 2 September 2024   21:06 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

 

Lumbung sedang berbicara dengan asisten Pak Djan. "Empat, Mas. Campur semua!" kata Lumbung sambil berlalu dari asisten Pak Djan.

 

"Mas Lumbung, apa tiap hari seperti ini?" Lalang membuka obrolan lagi.

 

"Ya seperti inilah. Pembelinya kebanyakan bukan orang sini. Kertosono itu jalur istimewa Jakarta-Surabaya. Dua kota yang masih punya hubungan kekerabatan, begitu kata orang-orang," jawab Lumbung menjelaskan. Lalang mengangguk-angguk kecil. Ia masih ingin banyak bertanya. Tapi pesanan keburu datang. Siap memenuhi perut mereka. Memanjakan mereka. Kun pasti sakit hati sekali. Ia, sejak dulu, selalu kepingin kembali ke kota kecil itu. Namun kesempatan masih saja jauh dari harapan. Mirna sudah dua kali. Kun baru sekali. Teman laknat, ia mengumpat di kusen jendela. Lumbung dan Aven baru saja datang dari rumah Pak Djan. Penghianat. Kun terus mengumpat. Lagi. Dan lagi. 

 

Suasana tampak tenang. Penuh semangat. Penuh kepuasan. Lidah mereka sedang merasakan sentuhan hasil seni memasak tingkat tinggi. Tingkat dewa. Kahyangan.

 

Tiap sentuhan menghasilkan reaksi yang berbeda di antara mereka. Lalang mengecapkan lidahnya berkali-kali pertanda sedang dilanda sensasi nikmat yang tak terperi. Lumbung menghela napas dan berucap, rasanya memang tidak lekang oleh waktu. Aven lebih semangat lagi. "Gila, gila. Ini memang gila!" Setelah itu hening. Mereka kembali asik dengan pincuk[3] yang ada di tangan masing-masing. Sihir Pak Djan menelan mereka semua.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun