Mohon tunggu...
Mustofa Ludfi
Mustofa Ludfi Mohon Tunggu... Lainnya - Kuli Tinta

Bapak-bapak Beranak Satu :)

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Siluet-Buku I (Tuhan Maha Pemberi Kejutan)-4

27 Agustus 2024   08:55 Diperbarui: 31 Agustus 2024   13:08 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ha ha ha. Bang Udin itu sakti, lo, Sam! Tidak. Tidak, ia itu absurd! Ah, bukan juga. Ia memang nyata. Ada. Punya rumah dan alamat lengkap. Ia tidak berada di alam malakut. Jadi, kakimu bisa sampai di sana. Asu. Bingung aku.” 

Wajah Kun menunjukkan raut yang aneh.

“Terus? Semua kadung berantakan. Ah, bukan lelucon, kan? Cuk, mumet, aku.” Aven berusaha mengejar Kun. 

“Ini nyata! Bukan imajinasi,” jawab Kun tegas. Wajahnya menjadi sangat serius. 

“Aku bisa menemuinya di mana?” Aven tidak sabar lagi. Kun tenang. Ia menunjukkan kedewasaannya. Mulutnya menganga lagi. Membetulkan kerah baju seperti Bung Karno.

“Tapi sangat jauh! Aku khawatir kamu mampus di tengah jalan. Lalu ada laporan di televisi tentang kematian bocah tolol. Goblok. Kentir. Menyedihkan sekali.” Kun mengangkat dua bahunya.

“Sejauh apa itu?” 

“Jauh sekali pokoknya. Sebentar, aku boleh nyeruput kopimu?” Tangan kanan Kun meraih cangkir yang ada di sebelah Aven. Kun dengan wajah bahagia meminum kopinya. Kun melupakan akad per-kopi-an yang belum disetujui Aven.

“Tempat terjauh itu masa lalu. Atau ia di puncak Mahameru?” 

“Ha ha ha. Gayamu. Sok bijak. Peh. Mahameru? Jangan terlalu pendek dalam berpikir, Sam! Kita hanya butuh 12 jam untuk sampai ke puncak Mahameru. Coba, rasakan! Sejuknya Mahameru nyampai sini, kan?” kata Kun sedikit memberi penjelasan. Kali ini, Kun punya misi khusus. Kun ingin memamerkan tato temporari terbarunya. Aven mengira Kun serius berbicara tentang sentuhan dingin Mahameru. Tapi nyatanya, itu adalah upacara pamer tato kadal yang menjadi favorit Kun. Aven semakin muak dengan Kun. Apalagi Kun kembali menyeruput kopinya. Melihat kenyataan itu, Aven meracau tidak jelas. Setan, iblis, kuntilanak, kebo[1], jaran[2], kadal, dan curut keluar dari mulutnya. Tapi Kun seolah menjadi tuli. Kun tetap dirundung bahagia karena lidahnya kembali basah oleh kopi.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun