Sebab pada petani di masa lalu atau bisa disebut juga dengan istilah petani tradisional yang menggunakan 'ilmu titen' dalam membaca gejala alam atau juga untuk memulai segala sesuatunya.
Kalender Pranata Mangsa ini dalam sistemnya tetap mengacu pada kalender masehi atau dengan kata lain tetap mengikuti sistem orbit sebagaimana kalender masehi yang terdapat 365 atau 366 jumlah harinya, hanya saja yang membedakan kalender masehi dan juga kalender Pranata Mangsa tersebut adalah sistem pembagian bulan yang ada di dalamnya.
Dalam sistem pertanian, masyarakat pada era kiwari yang erat kaitannya dengan era milenium dan tak terlepas dari peran teknologi, lambat laun maka sistem kalender Pranata Mangsa tersebut mulai ditinggalkan dan menggunakan berbagai berbagai metode dalam memulai aktivitasnya, meskipun tidak dipungkiri bahwa masih terdapat masyarakat yang mengaplikasikannya meskipun mulai tergerus eksistensinya.
Dengan tidak lagi relevan atau alasan lain, semisal kondisi geografis yang tidak bisa dijadikan standar atau juga karena perubahan iklim yang tidak bisa lagi ditebak oleh orang tua.
Untuk memulai aktivitas dalam dunia pertanian, masyarakat Jawa Barat, khususnya Indramayu mungkin tidak asing dengan acara adat seperti, Sedekah Bumi, Unjungan, Ngarot, untuk memulai masa bercocok tanam atau 'tandur'. Kemudian ada juga 'Mapag Tamba' yang dilakukan untuk menjemput kemakmuran serta memohon untuk dijauhkan dari segala penyakit seperti hama.
Kemudian Mapag Sri ialah sebuah acara adat yang dilakukan sebelum atau sesudah masa panen. Dan hal tersebut tidak terlepas dari perhitungan waktu dalam pelaksanaannya, semisal menghindari hari tertentu atau harus di hari tertentu yang diharapkan mendapatkan berkah dari Sang Pencipta.
Oleh karenanya perhitungan 'weton' juga 'neptu' menjadi kunci dalam menentukan 'hari baik' tersebut.
Kalender Pranata Mangsa juga memiliki peran penting dalam masyarakat petani Jawa. Selain untuk mengetahui gejala alam, juga sebagai sebagai pertanda pergantian musim baik 'Labuhan' (peralihan musim kemarau menuju penghujan), 'Rendeng' (penghujan), 'Mareng' (peralihan musim dari penghujan ke musim kemarau atau pancaroba) dan juga 'Ketiga' (kemarau). Sehingga mangsa Labuh dan Mareng diartikan sebagai masa 'peralihan musim'.
Lebih detailnya mengenai kalender Pranata Mangsa beserta karakter hari didalamnya ialah sebagai berikut:
1. Kasa (kartika) 22 Juni - 1 Agustus terjadi dalam 41 hari