Strategi
Dari berbagai persoalan faktor diatas pada sub bab ini akan membahas strategi yang ada dan ini merupakan gabungan dari berbagai literatur. Untuk strategi yang pertama yakni perlu upaya dalam peningkatan kompetensi guru. Jika kita melihat negara-negara dengan pendidikan terbaik mereka akan fokus pada peningkatan kapasitas dan kompetensi guru. Cara ini dilakukan dengan mulai selektif dalam perekrutan guru, pelatihan serta pendampingan profesional, dan memastikan setiap guru memiliki kemampuan pengelolaan pembelajaran (Lukman dkk, 2021).
Berdasarkan analisis penulis terhadap program peningkatan literasi dasar di kelas rendah yang dilakukan oleh INOVASI menghasilkan kesimpulan bahwa kompetensi guru dapat ditingkatkan melalui pelatihan untuk mengenali masalah, menyusun solusi, mempraktikkan solusi, serta melakukan refleksi dan evaluasi atas proses peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan guru (Pratiwi, Solihin, Atmadiredja, Utama, 2019).
Pada faktor yang kedua dan ketiga yakni sistem pendidikan terlebih pada tidak tersedianya materi dalam buku siswa dan sumber daya yang tidak memadai. Strategi yang penulis temukan dalam kasus ini hanya sebatas perbaikan pada percetakan buku siswa yang dilakukan oleh pemerintah. Padahal hal ini juga krusial dalam pengoptimalan baca anak seharusnya strategi yang diberikan lebih konkret misal seperti pemberian serta pendampingan baca tiap di jam tertentu. Selain itu, juga ada metode baca yang dapat menarik minat baca siswa seperti mendekatkan akses anak terhadap buku bacaan ialah melalui media digital.
Usaha ini telah dilakukan oleh The Asia Foundation melalui program Let's Read dengan sinergi antara sekolah dan Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Asia Foundation menginisiasi program Let's Read untuk menyediakan bahan bacaan yang bermutu dan cuma-cuma yang dapat diakses di situs https://reader.letsreadasia.org/ Â (Lukman dkk 2021). Dari berbagai strategi yang ada sebenarnya sudah dapat mengurangi angka minat baca. Namun, hal ini perlu di jalankan secara masif dan perlu evaluasi setiap pelaksanaannya.
METODEÂ
Penulisan ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan jenis studi kasus dan studi kepustakaan. Dimana studi ini untuk meneliti terkait faktor penghambat kegiatan literasi, dan strategi apa saja yang sudah di terapkan untuk mengatasi rendahnya minat baca. Terlebih lagi akan membahas makna hari Literasi Internasional hanya sebagai simbol perayaan atau ada makna tertentu yang harus dilaksanakan.
Menurut Moelong (2016) menyatakan bahwa, riset kualitatif merupakan riset yang menghasilkan data berupa deskriptif melalui lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Data deskriptif yang dihasilkan berupa kata-kata, dan bukan angka.
KESIMPULAN
Hari Literasi Internasional, yang telah diperingati sejak tahun 1967, menjadi simbol pentingnya literasi sebagai hak asasi manusia dan pilar pembangunan global. Namun, realitas menunjukkan bahwa tantangan literasi, terutama minat baca, masih menjadi permasalahan besar di negara berkembang seperti Indonesia. Faktor-faktor utama yang menghambat peningkatan minat baca meliputi rendahnya kompetensi guru, sistem pendidikan yang kurang mendukung, serta keterbatasan sumber daya literasi.
Upaya meningkatkan minat baca memerlukan pendekatan yang terintegrasi dan berkelanjutan. Strategi seperti pelatihan kompetensi guru, penggunaan teknologi digital untuk literasi, dan penyediaan akses bahan bacaan yang relevan telah memberikan dampak positif, meskipun belum signifikan secara masif. Selain itu, penting untuk memastikan bahwa literasi tidak hanya menjadi bagian dari simbolisasi peringatan tahunan, tetapi juga menjadi bagian dari kebijakan pendidikan yang konkret dan terarah.