Mohon tunggu...
Ahmad Yudi S
Ahmad Yudi S Mohon Tunggu... Freelancer - #Ngopi-isme

Aku Melamun Maka Aku Ada

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tuhan Tidak Pernah Pelit

31 Oktober 2019   22:06 Diperbarui: 1 November 2019   04:58 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ipeh terdiam sejenak.

"Apa yang kamu katakan memang benar. Namun sebagai seorang intelektualis, cobalah mensinkronkan antara spiritual dan logika agar hidup ini dapat lebih bermakna dan berwarna." timpal temannya.

Dari kejauhan, teman laki-lakinya, Rio sedang membolak-balik halaman buku, saking asyiknya membaca, kacamata yang dikenakannya pun terbalik. Teman-teman sekelasnya yang melihatnya seketika pecah menertawainya. Tak ada yang inisiatif membenarkan kacamatanya, akhirnya tangan Ipeh bergerak menarik kacamata tersebut dan membetulkan posisi kacamata yang terbalik itu.

"Hmm.. Hmm.. Ciee.." ruangan menjadi gaduh.

Karena menjadi pusat perhatian, tingkah Ipeh dan Rio menjadi sedikit agak kikuk.
Tak lama kemudian perkuliahan dimulai.
~~

Sepulang kuliah, Ipeh mematung di depan gerbang kampus menanti delman Abah untuk ikut pulang. Matahari perlahan bergeser ke arah barat menandakan hari semakin senja. Tak jauh dari posisi Ipeh berdiri nampak seorang pengumpul sampah yang mengais sampah plastik dari tong-tong sampah. Ia seorang Ibu paruh baya dengan seorang anak kecil yang berada di atas gerobak sampah yang ditariknya. Sesekali Ibu itu menyapu keringat yang mengalir dari dahinya. Merasa Iba, Ipeh kemudian menghampirinya dan memberikan sisa cucur yang tidak terjual.

"Ibu terlihat lelah, ambilah cucur ini, juga buat anak kecil itu." Ipeh memberikan cucur kepada Ibu dan anaknya.

"Terima kasih nak, semoga diganti yang lebih baik oleh Tuhan."

"Amin. Ibu udah berapa lama melakukan ini.." Tanya Ipeh.

"Sudah lama. Kalau sudah begini, ya jalani saja. Tidak perlu takut miskin, karena kita adalah hamba dari Tuhan yang maha kaya" Jawab Ibu itu.
Ipeh terdiam sejenak.

"Kotak, kotak, kotak, kotak!.." suara sepatu kuda delman Abah mulai terdengar dan perlahan mendekati gerbang kampus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun