Emak duduk disamping Ipeh dan mengelus lembut rambutnya.
Abah menemui Emak dan Ipeh sedang duduk di ruang tamu dan siap mengantar Ipeh ke acara wisuda.
"Heuheu.. Kenapa wahai dirimu?" tanya Abah.
Emak mencubit Abah dan sedikit mendorong Abah kebelakang, lalu membisikinya.
"Oalah.. Jadi begitu ceritanya. Heuheu.."
"Udah Peh, jangan nangis, nanti make up nya luntur loh. Nanti pas berhadapan dengan Pak Rektor dengan wajah begini apa gak pingsan tuh.." Emak berusaha menenangkan Ipeh.
"Heuheu.. Mengapa harus takut jomblo, sedangkan kita menghamba pada Tuhan yang Maha Pemberi Rezeki, sebab jodoh ada di tangan Tuhan. Trust me.." Abah menasihati Ipeh.
Ipeh menyapu air matanya. Emak membantu mendandani Ipeh sebelum dibawa pergi oleh Abah ke acara wisuda. Tak lama kemudian, Abah mengantarkan Ipeh ke acara perpisahan mahasiswa dan dosen yang sakral itu.
Di acara wisuda, semua teman Ipeh tidak seorang diri, bukan orang tua atau wali yang menemani mereka, melainkan PW (pendamping wisuda). Ipeh berusaha menguatkan imannya, walau sesungguhnya iri hati melihat teman-temannya. Imannya diuji bertubi-tubi selama 6 jam hingga acara beres.
Jam demi jam berlalu. Kucir toga telah pindah posisi lewat tangan rektor. Sebelum meninggalkan tempat, para wisudawan menyempatkan diri mengabadikan momen wisudanya dengan orang-orang terkasih, tak terkecuali PWnya.
"Bah ayo kita pulang." Ipeh merengek.