-Gejala: Gesture publik menjadi reaktif dan dangkal.
- Bukti: Meningkatnya penggunaan media sosial untuk merespon isu-isu kompleks secara singkat dan cepat.
- Analisis: Tuntutan untuk selalu "up-to-date" mengorbankan kedalaman pemikiran dan nuansa.
4. Krisis Kepercayaan
- Gejala: Publik semakin skeptis terhadap gesture para tokoh.
- Bukti: Menurunnya tingkat kepercayaan publik terhadap institusi dan tokoh publik.
- Analisis: Skeptisisme yang berlebihan dapat mengancam kohesi sosial dan legitimasi institusi.
Diagnosa.
1. Overdosis Exposure:Â Paparan media yang berlebihan membuat tokoh publik kehilangan ruang privasi untuk berefleksi dan bersikap autentik.
2. Sindrom Echo Chamber:Â Tokoh publik terjebak dalam lingkaran umpan balik yang memperkuat bias dan pandangan sempit mereka.
3. Kemandekan Empati: Gesture publik yang semakin terpolarisasi menunjukkan menurunnya kemampuan untuk berempati dengan pihak yang berbeda pandangan.
4. Erosi Integritas:Â Gesture yang tidak konsisten dan sering berubah-ubah menandakan lemahnya integritas dan prinsip yang dipegang.
5. Â Kepemimpinan:Â Gesture publik yang sekarat mencerminkan krisis dalam model kepemimpinan yang efektif dan inspiratif.
Implikasi dan Langkah ke Depan.
1. Edukasi Media Literasi: Masyarakat perlu dibekali kemampuan untuk menganalisis gesture publik secara kritis.
2. Revitalisasi Ruang Publik:Â Menciptakan ruang-ruang dialog yang memungkinkan interaksi lebih autentik antara tokoh publik dan masyarakat.
3. Reformasi Media:Â Mendorong jurnalisme yang lebih mendalam dan tidak hanya berfokus pada sensasi.
4. Kultivasi Kepemimpinan Etis: Mengembangkan model kepemimpinan yang menekankan integritas, empati, dan kebijaksanaan.
5. Penguatan Institusi Demokrasi: Memperkuat checks and balances untuk mencegah penyalahgunaan gesture publik demi kepentingan sempit.
Gesture publik yang sehat dan autentik adalah fondasi penting bagi demokrasi yang sehat. Mendiagnosa dan memperbaiki "penyakit" dalam gesture publik bukan hanya tanggung jawab para tokoh, tetapi juga melibatkan partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H