Eudaimonia sendiri adalah konsep kebahagiaan sejati yang dicapai bukan dari kenikmatan sesaat, melainkan dari kehidupan yang penuh dengan kebajikan dan kebaikan moral.
Dalam konteks ini, perilaku etis bukan hanya bermanfaat bagi perusahaan atau lingkungan sosial, tetapi juga memberikan kesejahteraan batin bagi individu yang mempraktikkannya, yaitu para manajer.
Dalam perspektif utilitarianisme John Stuart Mill (1806-1873), kebahagiaan satu orang tidak pernah boleh dianggap lebih penting daripada kebahagiaan orang lain.Â
Tidak hanya milik manajemen (sebagai agent) atau bersama pemilik modal (sebagai principal). Tetapi juga, kebahagiaan itu tersalurkan secara luas dengan memaksimumkan nilai yang diberikan kepada karyawan, masyarakat (socials), lingkungan hidup (environments) dan stakeholders lainnya.Â
Dengan demikian, tindakan manajemen yang etis harus memperhitungkan dampak keputusan mereka terhadap semua stakeholders, sehingga kebahagiaan dan kesejahteraan menyebar ke seluruh elemen dalam organisasi dan masyarakat luas.Â
Ini sejalan dengan konsep tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), di mana perusahaan berperan penting dalam menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan, serta tidak hanya terfokus pada keuntungan finansial. Â
Etika dalam manajemen mengusahakan suatu pandangan yang obyektif, yang bisa diterima oleh seluruh stakeholders.Â
Pertimbangan dan keputusan moral yang dilandasi oleh etika manajemen bertolak pada anggapan-anggapan yang bisa dipertanggung jawabkan secara rasional.Â
Karena etika dalam manajemen juga memiliki pretensi rasional, maka banyak uraian logis mengangkat pertimbangan dan keputusan moral manajerial dari taraf subyektif serta emosional ke taraf obyektif dan rasional.Â
Di antaranya yang bisa disebutkan di sini, yaitu Gibson (2023) dengan pemikirannya mengenai prinsip etis dalam bisnis; Weiss (2022) dengan ulasannya mengenai pendekatan stakeholders; Torelli (2020) yang memadukan secara kritis konsep keberlanjutan, tanggung jawab dan etika untuk memahami bagaimana perusahaan bergerak; Werhane dan Freeman (1999) melalui esainya mengenai etika bisnis; terakhir, Hartman (1996) yang kini dikenal dengan gagasannya mengenai stakeholders case theory pada organisasi.
Secara umum, para ahli menganggap bahwa manajemen tanpa etika dapat membawa masalah yang serius pada organisasi dan para stakeholders. Dengan memprioritaskan etika dalam manajemen, organisasi dapat mengurangi risiko kumulatif karena efek samping perilaku tidak etis.Â