Di ruang kerja itu, tampak seorang pria sedang menatap layar monitor dengan diiringi oleh sayup-sayup musik klasik. Musik adalah masa lalunya yang tidak mungkin dilupakan. Meski sudah tidak lagi ngeband, sulit baginya untuk berpisah dari musik. Namun kini ia hanya sebatas penikmat dan pendengar musik saja. Tidak lagi sefanatik dulu saat ia masih sekolah yang sangat mengggandrungi musik rock. Zaman telah berubah, begitu pula selera musik.
Sang mahasiswa kini sudah jadi pria dewasa. Pasca wisuda ia hampir bekerja di sebuah perusahaan internasional namun rencana itu kemudian diurungkan. Bukan karena tidak memenuhi kualifikasi namun lebih dikarenakan faktor Mama.
Semuanya berubah saat itu. Hanya tiga bulan menjelang wisuda, sebuah takdir yang tidak terelakkan terjadi. Sabtu kelabu itu, seperti biasa Papa berolahraga lalu pulang ke rumah. Tak lama kemudian ia merasa kurang enak badan. Nafasnya sesak disertai nyeri di dada dan sakit di ulu hati.
Menganggap tidak apa-apa, Papa hanya berbaring dengan harapan bisa pulih kembali dengan sendirinya. Namun tidaklah demikian yang terjadi. Karena tak kunjung reda, Mama yang merasa khawatir segera membawanya ke rumah sakit.
Berharap semua membaik namun yang terjadi malah sebaliknya. Hanya berselang dua jam, Papa dinyatakan meninggal dunia siang itu juga. Ia didiagnosis mengalami gagal jantung. Para dokter sudah mengerahkan segala daya dan upaya namun nyawa Papa tidak tertolong. Mereka sungguh menyesal akan hal itu.
Mama tak percaya dengan apa yang terjadi pada sang suami. Ia tampak begitu terpukul dengan kepergian Papa yang tiba-tiba. Hatinya hancur luluh. Tangisnya pecah tiada henti. Begitu cepat dia pergi. Begitu mendadak ia tinggalkan semua dan keluarga tercinta.
Berusaha untuk menguatkan dan menenangkan Mama, sang anak mendekapnya. Keduanya lalu larut dalam kesedihan yang mendalam yang tak pernah dirasakan sebelumnya. Tak pernah terbayangkan, mereka akan ditinggal Papa seperti itu.
Selama ini kondisi Papa baik-baik saja. Gaya hidupnya sehat ditambah hobi berolahraga juga dilakoninya. Juga tidak ada riwayat masalah kesehatan yang serius. Itu sebabnya kepergiannya benar-benar mengejutkan tidak hanya keluarganya tapi juga banyak pihak. Akan tetapi memang Papa mewarisi penyakit  bawaan dari ibunya yang punya kelainan jantung. Selain itu memang ajalnya sudah sampai.
.......
Tiap kali melihat benda itu, Mama terkenang mendiang suami. Di hari-hari terakhirnya, Papa sering menelepon dan mengirim SMS ke Mama meski hanya sebatas say hi atau menanyakan hal-hal sepele. Maklum saja pada waktu itu handphone jadi barang elektronik yang sedang naik daun. Dengan ukuran hanya sebesar genggaman tangan orang dewasa, hp mulai banyak dan luas digunakan menjelang pergantian ke milenium baru.